Menkeu: Indonesia Mau Pinjam dari IMF? Tidak!
This browser does not support the video element.
"Apakah melalui ajang ini (Pertemuan Tahunan IMF-WB), Indonesia mau pinjam IMF? Tidak," tegas Menteri Keuangan Sri Mulyani di Westin Resort Bali International Conference Center (BICC), Senin (8/10) kemarin.
Bekas Direktur Pelaksana Bank Dunia itu bilang, IMF hanya memmberi pinjaman buat negara-negara yang sedang mengalami krisis neraca pembayaran. Sedangkan Indonesia? Kondisi ekonomi negeri ini, dipastikan Sri Mulyani, dalam keadaan baik.
Sri Mulyani mengakui kalau perekonomian dunia sedang dalam penyesuaian. Tapi jangan diartikan juga Indonesia masuk dalam kondisi krisis. Dia minta masalah utang ini tidak lagi dijadikan isu.
Soal kondisi ekonomi negeri ini juga sebenarnya diamini oleh Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Christine Lagarde. Dia memuji cara Indonesia mengelola perekonomiannya. Bagi IMF, ekonomi Indonesia tergolong stabil sehingga tak pernah ada opsi untuk memberi pinjaman meski negeri ini sedang dilanda bencana.
"Kedua, pinjaman dari IMF bukan pilihan karena ekonomi Indonesia tidak membutuhkannya: ekonomi Indonesia dikelola dengan sangat baik oleh Presiden Jokowi, Gubernur Perry, Menteri Sri Mulyani, Menteri Luhut, dan rekan-rekan mereka," kata Lagarde.
Indonesia dan Bali diuntungkan
Ketua Panitia Nasional Pertemuan Tahunan IMF-WB Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan pemerintah berhemat dalam penggunaan anggaran. Alokasi anggarannya Rp855,6 miliar. Dari total pagu anggaran itu, sampai Senin (8/10) sudah digunakan sekitar Rp566 miliar.
Anggarannya sebagian digunakan untuk mengembangkan infrastruktur di Bali. Mulai dari perluasan apron Bandara Ngurah Rai dan pembangunan underpass Simpang Tugu Ngurah Rai untuk memecah kemacetan saat penyambutan para tamu dan delegasi.
Soal pembangunan infrastruktur ini bisa digunakan jangka panjang. Bali akan semakin maju dalam pembangunan serta bisa kurangi kepadatan lalu lintas. Dengan membangun underpass, sekitar 40 persen kepadatan lalu lintas berkurang. Sementara perluasan apron bandara akan meningkatkan jumlah wisatawan dan tingkat hunian hotel di Bali dari sekitar 60 persen menjadi 70-80 persen.
Kehadiran peserta Pertemuan Tahunan IMF-WB yang mencapai 34.223 orang diharapkan dapat mendongkrak kunjungan wisatawan dan menambah devisa yang masuk ke dalam negeri.
Menurut perhitungan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), dampak ekonomi secara langsung diperkirakan senilai Rp5,9 triliun untuk pembangunan sejumlah infrastruktur, yaitu underpass Ngurah Rai, Pelabuhan Benoa, Patung Garuda Wisnu Kencana dan tempat pembuangan akhir sampah Suwung serta biaya operasional.