Mengapa Pemerintah Keluarkan Budget Besar untuk IMF-WB?

Jakarta, era.id - Annual Meetings IMF-World Bank di Nusa Dua, Bali, sudah dimulai sejak Senin (8/10) kemarin. Namun bukan isi acara dan efek yang dibicarakan dari kegiatan tersebut, sejumlah pihak malah mengkritisi hajatan yang kabarnya menghabiskan anggaran hingga Rp855 miliar tersebut.

Perhelatan akbar di bidang ekonomi dan keuangan tingkat dunia itu dihadiri sekitar 34.000 pendaftar dari 189 negara anggota IMF dan Bank Dunia, yang juga diikuti belasan ribu pengusaha tingkat dunia dengan persiapan sejak tahun 2014.

Mantan Menko Perekonomian Rizal Ramli mengonversikan dengan uang asing harga pertemuan Annual Meetings IMF-WB, yakni sekitar 70 juta dolar AS. Menurutnya, pertemuan sejenis di negara-negara lain paling-paling hanya menghabiskan ongkos 10 juta dolar AS. Ia menyebut seharusnya anggaran yang cukup fantastis itu digunakan untuk membantu para korban bencana alam di beberapa wilayah di Indonesia.

Baca Juga : Kritisi IMF, Rizal Ramli: Harusnya Bisa Lebih Hemat

Secara tak langsung, kritik itu ditanggapi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara di Universitas Sumatera Utara (USU), Medan, Senin (8/10). Jokowi menyebut, sebagian besar anggaran pertemuan IMF-WB digunakan untuk perbaikan dan pengembangan infrastruktur di Pulau Dewata, Bali, selaku tuan rumah.

(Ilustrasi/era.id)

Anggaran itu dipakai untuk memperluas apron di Bandara Bali, membuat terowongan di persimpangan yang ada di Bali sehingga tidak macet. "Artinya setelah itu akan kita gunakan terus. Bukan sesuatu yang hilang. Kemudian, annual meeting sebesar itu, 34.000 (orang) yang datang, menjadi rebutan semua negara, karena pasti memiliki dampak, paling tidak memberikan citra yang baik terhadap negara yang dipakai untuk pertemuan itu," kata Jokowi, seperti dikutip Antara.

Baca Juga : Kata Sri Mulyani soal Anggaran IMF dan Gempa Lombok

Hal itu dibenarkan Gubernur Bali Wayan Koster dalam sambutan pada acara 'Doa dan Deklarasi Bali Menyambut Pelaksanaan Annual Meeting IMF-WB 2018' di Monumen Perjuangan Rakyat Bali (MPRB) Bajra Sandhi, Denpasar, Selasa (18/9/2018).

Selain kepercayaan dunia kepada Bali (Indonesia) sebagai tempat aman yang dipastikan akan meningkat, Gubernur Koster menilai Pulau Dewata juga dipastikan memperoleh banyak manfaat langsung maupun tidak langsung terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Beberapa manfaat langsung, di antaranya Bali memperoleh dukungan pembangunan infrastruktur strategis, seperti underpass Simpang Ngurah Rai, pengembangan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, pembangunan Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK), dan penanganan TPA Sarbagita.

(Infografis Patung GWK/era.id)

Untuk manfaat tak langsung yang juga akan terasa adalah peningkatan jumlah kunjungan wisatawan, penambahan jumlah lapangan kerja, peningkatan pertumbuhan ekonomi, dan peningkatan promosi dan citra pariwisata Bali secara gratis, yang menjangkau 189 negara di seluruh dunia.

Baca Juga : Jokowi Harap IMF-WB di Bali Berdampak Baik untuk Ekonomi

Bahkan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menyampaikan hitungan teknis terkait dampak strategis yang akan didapat oleh Indonesia, khususnya Bali, sebagai tuan rumah.

Nantinya, kata Luhut, ekonomi Bali akan naik 0,64 persen selama pelaksanaan ajang tahunan ini, perhelatan ini juga akan terciptanya 32.700 lapangan kerja. Memang hal itu tidak akan terwujud dalam sekejap, tapi perlu waktu beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun mendatang.

"Karena itu, kita harus bisa memanfaatkan kesempatan ini dengan keramahtamahan, kedamaian, dan kesan bagus saat pelaksanaan IMF-WB 2018," ujarnya dalam acara doa bersama yang dipimpin oleh Ida Shri Bhagawan Putra Narha Nawa Wangsa Pemayun itu.

Terlepas dari dinamika kritikan yang terlontar, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde justru mengapresiasi Indonesia. Baginya, Indonesia saat ini tidak membutuhkan bantuan maupun pinjaman dari IMF karena kondisi ekonomi dalam keadaan baik.

Baca Juga : Apa Benar Annual Meeting IMF-WB Boros Anggaran?

"Pinjaman dari IMF bukan pilihan, karena ekonomi Indonesia tidak membutuhkannya," kata Lagarde dalam pernyataan yang diterima Antara di Nusa Dua, Bali, seperti dikutip Antara, Selasa (9/10/2018).

Lagarde bilang, pengelolaan ekonomi Indonesia saat ini telah dilakukan dengan optimal melalui koordinasi antara pemerintah, Bank Indonesia maupun pihak-pihak terkait. "Ekonomi Indonesia dikelola dengan sangat baik oleh Presiden Jokowi, Gubernur BI Perry Warjiyo, Menteri Sri Mulyani, Menteri Luhut, dan rekan-rekan mereka," ujar Lagarde yang juga menyampaikan belasungkawa atas gempa bumi dan tsunami di Lombok, Nusa Tenggara Barat dan Palu, Sulawesi Tengah.

Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Christine Lagarde saat ke Lombok.

Meski mengalami bencana, Lagarde juga memberikan apresiasi kepada pemerintah Indonesia yang tidak membatalkan penyelenggaraan pertemuan tahunan di Bali. Baginya, pembatalan bisa menghilangkan kesempatan untuk memperlihatkan kontribusi Indonesia kepada dunia serta menciptakan peluang dan lapangan pekerjaan.

Dengan adanya apresiasi itu, agaknya kehadiran para pejabat Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional, beserta 34.000 delegasi dari 189 negara anggota kedua lembaga keuangan dan moneter dunia tersebut, dan sekitar 22 kepala negara atau kepala pemerintahan harus dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Oleh karena itu, pemerintah dan kalangan usaha langsung memanfatkan momentum bersejarah dalam pertemuan IMF-WB itu untuk mengenalkan "potret" Indonesia dalam sektor ekonomi, pariwisata, budaya, dan bahkan lingkungan.

"Dalam pertemuan akan saya coba untuk mendiskusikan bentuk asuransi terhadap terumbu karang sebagai kekayaan dunia ini. Ini kan tidak hanya kekayaan Indonesia, tetapi termasuk kekayaan dunia," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati setelah menanam terumbu karang di Pantai Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Minggu (7/10).

Baca Juga : Timses Jokowi: Pertemuan IMF Sudah Sejak Presiden SBY

Tak ketinggalan, sejumlah BUMN berusaha menampilkan capaian pembangunan Indonesia lewat "Paviliun Indonesia" yang dipamerkan selama pelaksanaan pertemuan IMF-WB di Nusa Dua, Bali, 8-14 Oktober 2018.

"Kami ingin membawa monentum mengenalkan infrastruktur yang dulu terbelakang, sekarang pembangunan Indonesia yang luar biasa," kata Staf Khusus I Menteri BUMN Sahala Lumban Gaol di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Minggu (7/10).

Selain menampilkan keberhasilan pembangunan infrastruktur seperti jalan raya, jalan tol, bandara, pelabuhan, telekomunikasi, industri strategis, paviliun seluas sekitar 2.000 meter persegi itu juga menampilkan sekitar 150 usaha mikro kecil menengah (UMKM) dari 64 pemerintah kabupaten/kota di Indonesia juga memamerkan hasil karyanya.

Baca Juga : Demokrat: Hajatan IMF di Bali Harus Dibuat Sederhana

Ratusan UMKM itu akan menampilkan potret Indonesia yang majemuk melalui pembuatan batik, tenun, kerajinan tas, kipas, topeng dan suling serta kerajinan khas Indonesia di area kerajinan dan seni. "Intinya kami ingin menunjukkan kepada masyarakat dunia bahwa persepsinya akan menemukan kembali atau rediscovery bagaimana perkembangan Indonesia saat ini," katanya.

Tag: pertemuan imf-wb di bali