Colek UNESO, Menteri Muhadjir Sebut Reog Ponorogo Layak Jadi Warisan Dunia
ERA.id - Menteri Muhadjir sebut Reog Ponorogo layak jadi warisan dunia
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Muhadjir Effendy menyatakan kesenian Reog Ponorogo layak menjadi warisan budaya tak benda dunia dan mendapatkan pengakuan UNESCO.
"Paguyuban Reog Ponorogo tersebar di berbagai daerah, bahkan ke Malaysia, Thailand, Filipina, Singapura, semuanya ada. Reog Ponorogo telah mendunia, sudah seharusnya diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia dari Ponorogo,” ujarnya saat menghadiri pawai budaya Reog Ponorogo di Halam Gedung Kemenko PMK, Jakarta Pusat, Minggu.
Muhadjir menuturkan pengakuan UNESCO terhadap Reog Ponorogo sebagai warisan budaya tak benda dapat memberikan rasa kebanggaan tersendiri kepada masyarakat Indonesia, terkhusus warga Ponorogo di Jawa Timur.
Menurutnya, pengajuan kesenian dan budaya merupakan fokus dan bentuk kepedulian yang sangat tinggi dari pemerintah untuk melestarikan, mengembangkan, dan memajukan kebudayaan Indonesia.
"Kebudayaan adalah alat soft diplomacy yang paling efektif untuk berhubungan dengan negara lain. Suatu negara dianggap beradab atau tidak akan dilihat dari seberapa unggul, seberapa adiluhung kebudayaannya,” imbuhnya," kata Muhadjir.
Gelar Karya Pawai Reog Ponorogo merupakan upaya untuk mendorong diakuinya kesenian Reog Ponorogo oleh UNESCO.
Pawai itu mengawali rutenya dari Perpustakaan Nasional melalui rute Jalan Medan Merdeka Barat hingga berakhir di kantor Kemenko PMK. Agenda pawai ditutup dengan berbagai penampilan seperti Tari Saman, penampilan Reog Ponorogo, gerakan minum jamu bersama, bermain angklung bersama dan pertunjukan musik dangdut.
Dalam kegiatan itu juga dilakukan penyerahan dokumen pengajuan warisan budaya tak benda Reog Ponorogo secara simbolis dari Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Paguyuban Reog Susiwijono Moegiarso kepada Menko PMK.
Dokumen itu diteruskan kepada Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid dan akan diserahkan kepada UNESCO untuk disidangkan pada Desember 2024.