Seberapa Efektif Menghilangkan Virus dan Bakteri dari Rebusan Air Keran?
ERA.id - Kebanyakan orang memilih air galon untuk minum dan masak. Akan tetapi, tak sedikit juga orang yang menggunakan air rebusan dari air keran. Lantas seberapa efektif menghilangkan virus dan bakteri dari rebusan air keran?
Rupanya, memasak atau merebus air belum 100 persen efektif menghilangkan virus dan bakteri. Hal ini karena rebusan air keran masih terkontaminasi dengan kuman, logam berat, dan zat kimia berbahaya lainnya.
Dr. dr. Diana Sunardi, Mgizi, SpGK (K), Dokter Spesialis Gizi Klinik di Fakultas Kedokteran UI dan RSCM Jakarta menyampaikan merebus air adalah salah satu cara untuk menghilangkan bakteri E.Coli.
Akan tetapi, jika penyimpanan air dan penanganan tidak higenis dapat menyebabkan cemaran bakteri E.Coli pasca perebusan. Selain itu, cemaran air minum seperti logam berat, pestisida, atau bahan buangan limbah tidak akan hilang oleh perebusan dan berisiko dengan kesehatan.
Maka dari itu, dokter Diana menyarankan agar merebus dari air keran selama 15 menit untuk menghilangkan virus dan bakteri.
"Virus dan bakteri tertentu akan mati jika kita merebus 15 menit, tapi ada parasit yang tahan panas. Makanya direbus harus lebih lama," ujar dokter Diana, saat ditemui di kawasan Kuningan, Mampang, Jakarta Selatan pada Selasa (26/9/2023).
Dokter Diana mengatakan syarat-syarat mengonsumsi air minum yang baik diantaranya tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna (jernih), dan bebas kuman patogen serta bahan-bahan berbahaya lainnya.
Air yang terkontaminasi berdampak pada kesehatan, seperti gangguan saluran cerna, gangguan tumbuh kembang, keganasan, gangguan organ tubuh lainnya, hingga kanker.
"Kalau minum yang ada bakterinya tentunya bakteri tinggal dalam tubuh, terkontaminasi logam berbahaya. Logamnya kecil, tapi lama-lama menjadi kronis. Nyeri-nyeri di lambung tapi lama-lama bisa menjadi kanker. Jangka waktu panjang yang mematikan," bebernya.
Dokter Diana mengatakan sumber air minum dari air galon bermerek mempunyai bakteri baik yang tinggi di saluran cerna. Sedangkan, sumber air minum isi ulang tidak bermerek memberikan bakteri pathogen (mitsukoella) yang meningkatkan risiko penyakit.