Museum Nasional Berhasil Identifikasi 589 Koleksi Benda Bersejarah, Bakal Lakukan Analisis Restorasi

ERA.id - Tim Khusus Penanganan Unit Museum Nasional Indonesia (MNI) berhasil mengevakuasi dan mengidentifikasi 589 di antara 817 koleksi Museum Nasional yang terdampak kebakaran beberapa waktu lalu.

Pelaksana Tugas Kepala Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya (BLU MCB) Ahmad Mahendra mengatakan meski pekerjaan yang dilakukan kompleks dan perlu kehati-hatian, tim berhasil mengenali 589 artefak dalam waktu dua minggu. Tim tersebut masih melanjutkan proses identifikasi benda-benda di tiga ruangan koleksi museum.

“Hingga hari ini proses evakuasi dan identifikasi terus berlanjut di ruang koleksi keramik, terakota, dan peradaban,” katanya, dikutip Antara.

Lalu, kata Ahmad, penanganan lebih lanjut di sisa ruangan terdampak, seperti Ruang Budaya Indonesia, akan dilakukan setelah pihak kepolisian selesai melakukan penyelidikan serta setelah pihaknya mendapatkan izin melakukan proses evakuasi dan identifikasi benda-benda bersejarah nasional tersebut.

Selain itu, pihaknya juga telah memulai proses klasifikasi tingkat kerusakan setiap koleksi yang sudah diselamatkan. Target klasifikasi artefak rampung pada bulan ini.

"Kami menargetkan proses klasifikasi tingkat kerusakan atas setiap koleksi terdampak dapat rampung paling cepat bulan ini,” ujarnya.

Mahendra menjelaskan proses klasifikasi dibagi menjadi tiga kategori, yakni koleksi terdampak ringan, sedang, dan berat. Setelah tahap penyelamatan koleksi, Tim Khusus Penanganan Unit MNI memasuki tahap analisis agar dapat menentukan rekomendasi proses remediasi dan atau restorasi yang sesuai.

Selama proses tersebut berlangsung, Museum Nasional ditutup untuk publik. Namun, pihaknya saat ini sedang merancang program supaya masyarakat bisa mengakses koleksi di MNI.

"Melihat antusiasme publik terhadap sajian koleksi artefak dan benda bersejarah yang berada di MNI, saat ini BLU MCB juga tengah merencanakan berbagai rangkaian program agar publik tetap bisa mengakses koleksi MNI. Hal ini penting agar pemanfaatan pengetahuan dapat terus berjalan,” pungkasnya.