Golkar Partai Kader, Sayang Kaderisasi Terhambat

Jakarta, era.id - Anggota Dewan Pakar Partai Golkar Zainal Bintang menegaskan, bahwa Golkar adalah partai kader. Namun, belakangan ini proses kaderisasi di dalamnya tidak berjalan. 

"Selama ini kaderisasi Partai Golkar sejujurnya tidak berjalan dengan baik, itu persoalan pokoknya. Itu mengapa dari hari ke hari Gokar ini memang secara kuantitas jumlah orangnya banyak tetapi secara kuantitatif kualitasnya tidak begitu representatif sebagai mobilitan Partai Golkar karena sistem kaderisasi tidak jalan," ujar Zainal, di Cikini, Jakarta, Sabtu (16/12/2017).

Zainal menjelaskan, tidak berjalannya kaderisisasi di partai berlambang pohon beringin ini karena adanya persoalan dunia dagang atau bisnis yang masuk ke dalam wilayah politik. Sehingga, sistem politik yang ada di dalam Partai Golkar menjadi berubah.

"Karena persoalan dunia dagang bisnis itu masuk ke wilayah politik, money politic. Sistem politik kita sedemikian rupa mendorong yang mau jadi politisi dan ketika menjadi politisi masuk ke partai ingin menjadi pejabat DPR, menteri, gubernur, dan sebagainya terpaksa dicapai dengan menggunakan uang," tuturnya.

Menurut Zainal, kader Golkar sejati, secara ideologi lebih menyukai bergerak menggunakan atau memasarkan ideologi Golkar. Namun, hal itu kalah dengan trend sekarang, terutama dengan munculnya yang money politic.

"Pejabat yang masuk karena membeli jabatan mengapa tertangkap korupsi? Karena bekerja karena untuk mengembalikan investasinya. Itu yang terjadi di indonesia sekarang," terangnya.

Namun, Zainal menegaskan, pihaknya menilai tidak jalannya sistem kaderisasi di partai politik tidak hanya dialami oleh partai berlambang pohon beringin ini.

"Saya kira kaderisasi bukan hanya di Golkar yang tidak berjalan. Saya juga menduga di beberapa partai politkk masalah kaderisasi itu tidak konsisten dijalankan. Karena diluar dunia parpol ada yang namanya dunia saudagar yang bisa membeli suara, fasilitas, dan membeli kekuasaan," katanya.

"Itulah yang merubah ritme perjalanan partai sebagai lembaga ideologi menjadi lebaga bisnis," tutupnya. (Merry)

Tag: