Mahasiswa Jogja Siapkan Gerakan Nasional Tolak Pelanggar HAM dan Politik Dinasti
ERA.id - Para mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Jaga Demokrasi menggelar aksi protes Mimbar Demokrasi di Kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Sewon, Bantul, Yogyakarta, Kamis (23/11/2023).
Di aksi bertajuk "Mahasiswa Bersama Rakyat Tolak Politik Dinasti & Pelanggar HAM" itu, mahasiswa menyoroti kemunduran demokrasi di masa Presiden Jokowi.
Persoalan utama yang mereka soroti adalah keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang meloloskan Gibran Rakabuming Raka, putra Jokowi, sebagai cawapres. Keputusan ini menguatkan adanya politik dinasti.
"Permasalahan yang terjadi saat ini disebabkan kelompok oligarki yang mengontrol kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat," kata Ketua Aliansi Jaga Demokrasi, Muhammad Suhud.
"Demokrasi jangan diganggu bahkan dikebiri oleh kepentingan oligarki."
Apalagi, kata dia, kekuasaan saat ini makin memberi tempat pada politik dinasti yang menampatkan pemimpin layaknya raja.
"Politik demokrasi didegradasi oleh raja-raja dinasti menimbulkan kebijakan yang tak berdasarkan kemauan rakyat, sehingga cita-cita keadilan sosial hanya ilusi," katanya.
Selain itu, banyak masalah yang belum terselesaikan, seperti pelanggaran HAM, pengekangan kebebasan berpendapat, hingga mahalnya pendidikan.
"Kami berharap gerakan ini menjadi masif untuk menyuarakan betapa janji-janji Jokowi tidak tercapai," katanya.
Aliansi Jaga Demokrasi pun menuntut pengusutan tuntas pelanggaran HAM di masa lalu dan masa kini, menolak politik dinasti yang merusak cita demokrasi, dan menghentikan segala kebijakan komersialisasi pendidikan.
Untuk itu, melalui gerakan ini, mahasiswa juga siap menjaga jalannya pemilu agar tak terjadi pelanggaran. "Kami akan terus mengawal tahapan Pemilu 2024 agar berjalan jujur, adil, dan demokratis," ujarnya.
Menurut Suhud, aksi di Yogyakarta ini hanya sebagai awal untuk aksi-aksi mahasiswa lain di berbagai kota di Indonesia. "Kami akan roadshow dan menjadikan gerakan ini masif dan menasional," ujarnya.
Sementara tokoh masyarakat DIY sekaligus pemerhati budaya Yogya, Widihasto mengajak banyak pihak tidak perlu ragu untuk menyuarakan ketidakberesan yang ada di negeri ini.
"Kenapa kita mengkritik negeri ini, karena kita cinta negeri ini. Kita tidak rela mereka yang telah menjahit merah putih yang sudah menciptakan Indonesia Raya, yang sudang merangkai UUD 45 hari ini menangis bahwa Indonesia terperosok kembali ke dalam sikap-sikap politik yang mencederai demokrasi."
Widi juga bertanya soal kapan Indonesia menjadi negara maju kalau praktik politik elit adalah pratek politik yang menghalalkan segala cara untuk agenda kepentingan kekuasaanya.
"Di situlah mahasiswa hadir dan saya percaya kawan-kawan yang hadir di sini semuanya hadir digerakan oleh hati nurani pertahanankan hati nurani dan akal sehat kawan-kawan untuk bisa menjadi agen perubahan di indonesia."
Diketahui, Mimbar Demokrasi di ISI Yogyakarta diisi orasi, penampilan musik,hingga aksi teatrikal ini mengkritik berbagai kebijakan pemerintah saat ini. Aksi ini diklaim dihadiri perwakilan 35 kampus di Yogyakarta dan 3000-an orang.