YLKI Pertanyakan Tarif Murah Lion Air
"Sebenarnya tarif murah menguntungkan konsumen, tapi disisi lain tarif murah juga menimbulkan pertanyaan apakah industri pesawat itu dikelola dengan baik?" ujar Pengurus Harian YLKI, Sudaryatmo di Jakarta dilansir Antara, Senin (29/10/2018).
Sudaryatmo menjelaskan jika tarif murah dipasang Lion Air karena persaingan tidak sehat, sehingga hal itu mengancam keberlangsungan industri tersebut.
Pihaknya menilai seharusnya tarif tiket pesawat dibuat rasional agar keselamatan penumpang dapat terjamin.
Selain tarif, indikator lainnya terkait manajemen PT Lion Air adalah penundaan penerbangan dan durasi antrian saat check in yang terlalu lama serta tingginya angka kecelakaan pesawat Lion Air.
"Kementerian Perhubungan (Kemenhub) seharusnya memberi peringatan kepada perusahaan airline yang ketepatan waktu keberangkatannya dibawah 75 persen. Check in kadang sampai 30 menit, itu jauh dari kata standar pelayanan. Mengenai angka kecelakaan saya kurang tahu angka pastinya, tapi itu harus diminimalisiasi" jelas Sudaryatmo.
Sementara itu, Ketua Pengurus Harian Tulus Abadi mengatakan, YLKI meminta Kementerian Perhubngan memastikan pihak Lion Air bertanggung penuh terhadap hak-hak keperdataan penumpang sebagai korban, terkait kompensasi dan ganti rugi.
"Menurut Permenhub No. 77 Tahun 2011, penumpang yang mengalami kecelakaan pesawat (meninggal dunia) berhak mendapatkan kompensasi sebesar Rp 1.250.000.000/pax. Bahkan managemen Lion Air harus bisa memastikan keluarga/ahli waris yang tinggalkan masa depannya tidak terlantar, ada jaminan biaya pendidikan/ beasiswa untuk ahli waris yang masih usia sekolah," kata Tulus.
Ilustrasi (era.id)
Pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkalpinang jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat. Pesawat tersebut mengalami masalah saat terbang dan berupaya kembali ke Jakarta namun jatuh di Perairan Tanjung Karawang. Pesawat ini berangkat pada pukul 06.10 WIB dan sesuai jadwal akan tiba di Pangkal Pinang pada Pukul 07.20 WIB.
Pesawat tipe Boeing 737 Max 8 dengan Nomor Penerbangan JT 610 terbang dari Bandar Udara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten menuju Bandar Udara Depati Amir di Pangkal Pinang. Pesawat dengan nomor registrasi PK-LQP dilaporkan terakhir tertangkap radar pada koordinat 05 46.15 S - 107 07.16 E.
Pesawat tersebut membawa 178 penumpang dewasa, seorang anak dan 2 bayi, dengan 2 pilot dan 6 kru pesawat.
Pesawat dikomandoi Capt. Bhavye Suneja dengan copilot Harvino bersama enam awak kabin atas nama Shintia Melina, Citra Noivita Anggelia, Alviani Hidayatul Solikha, Damayanti Simarmata, Mery Yulianda, dan Deny Maula.
Kapten pilot sudah memiliki jam terbang lebih dari 6.000 jam terbang dan copilot telah mempunyai jam terbang lebih dari 5.000 jam terbang