Tsunami Setinggi Tiga Meter Tercatat Hantam Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Pasca Gempa Dahsyat di Jepang

ERA.id - Operator pembangkir listrik tenaga nuklir Jepang mencatat adanya gelombang tsunami setinggi tiga meter pasca gempa bumi pada 1 Januari 2024. Tsunami itu tidak merusak pembangkit listrik tenaga nuklir yang tidak beroperasi di Jepang itu.

Pengungkapan ini mengingatkan akan risiko yang terkait dengan tenaga nuklir di Jepang 13 tahun setelah tsunami menghancurkan fasilitas Fukushima dalam salah satu bencana atom terburuk di dunia.

Guncangan berkekuatan 7,5 skala richter pada Hari Tahun Baru dan gempa susulan yang dahsyat menewaskan sedikitnya 203 orang di wilayah tengah Ishikawa, meratakan rumah-rumah, merusak infrastruktur dan menyebabkan ribuan orang kehilangan aliran listrik.

Tsunami setinggi satu meter tercatat di dekat pembangkit listrik Shika, yang telah ditutup sejak tahun 2011, tak lama setelah pukul 16.30 waktu setempat pada tanggal 1 Januari, kira-kira 20 menit setelah gempa awal, kata Hokuriku Electric Power.

“Analisis kami menunjukkan bahwa gelombang setinggi tiga meter terjadi sekitar pukul 17.45,” kata juru bicara perusahaan utilitas tersebut kepada AFP, Rabu (10/1/2024).

Pabrik tersebut berada 11 meter di atas permukaan laut dan juga dilindungi oleh tembok laut sepanjang empat meter yang dibangun setelah kecelakaan Fukushima pada tahun 2011, katanya, seraya menekankan keselamatan pabrik Shika.

Analisis tsunami tersedia setelah Hokuriku Electric mengumpulkan data dari alat pengukur lepas pantai yang berhenti mengirimkan catatannya setelah gempa.

Kerusakan kecil dilaporkan terjadi di pembangkit listrik tenaga nuklir lain di sepanjang garis pantai Laut Jepang setelah gempa bumi, termasuk kebocoran air yang digunakan untuk mendinginkan bahan bakar nuklir dan pemadaman listrik sebagian di salah satu pembangkit listrik.

Operator pembangkit listrik mengatakan tidak ada bahaya kerusakan terhadap lingkungan atau pembangkit listrik tenaga nuklir itu sendiri.

Jepang, salah satu negara paling rawan gempa di dunia, mematikan lebih dari 30 reaktor nuklirnya setelah bencana tahun 2011, namun sekitar selusin reaktor nuklirnya kini kembali beroperasi.

Secara total, 52 orang masih belum ditemukan pada hari Rabu setelah gempa 1 Januari, menurut pihak berwenang.