Viral Jenazah Ditandu Pakai Sarung di Aceh Barat karena Tak Ada Ambulans, Pemkab Merespons
ERA.id - Viral jenazah bernama Ibrahim ditandu pakai sarung oleh warga Gampong Puloe Tengoh, Kecamatan Pante Ceuremen, Aceh Barat, karena tak diberi mobil ambulans.
Adapun jenazah Ibrahim akan dibawa ke rumah kerabatnya yang berjarak 2 kilometer. “Jenazah ditandu oleh warga menuju ke rumah wali-nya yang ada di dusun lain untuk dimandikan,” kata Keuchik Pulo Tengoh, M Nasir, Senin silam.
Ibrahim sendiri meninggal pukul 7.00 WIB, Senin silam, usai disereduk kerbau di kediamannya. Soal kronologi mengapa pihaknya menandu jenazah Ibrahim pakai sarung, karena warga yang meminta pertolongan media, tak kunjung diberi ambulans.
Merespons itu, Pemerintah Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, meminta tenaga kesehatan di daerahnya lebih aktif menyosialisasikan regulasi tindakan medis demi mencegah komplain dari publik.
“Saya meminta seluruh jajaran tenaga kesehatan di Aceh Barat, untuk melayani kebutuhan kesehatan warga di seluruh Aceh Barat, dengan tetap berpedoman kepada regulasi medis,” kata Penjabat Bupati Aceh Barat, Mahdi Efendi di Meulaboh, Rabu kemarin.
Menurutnya, regulasi yang dimaksud tersebut yaitu tetap mengedepankan konsep prioritas dalam melayani warga yang membutuhkan pelayanan.
Mahdi bilang, permintaan ambulans untuk membawa jenazah tidak bisa dipenuhi, karena dua unit ambulans yang ada harus mengantar pasien darurat.
Mahdi mengatakan, tindakan petugas kesehatan yang memprioritaskan pasien gawat darurat menggunakan armada ambulans, merupakan tindakan yang tepat sesuai standar operasi prosedur (SOP) pelayanan medis.
Menurutnya, setiap tenaga kesehatan harus memprioritaskan layanan bagi pasien yang masih punya peluang untuk diselamatkan jiwanya, walau semua itu tetap terpulang kepada Allah SWT sebagai sang pencipta makhluk hidup.
Ia meminta seluruh jajaran tenaga kesehatan di Kabupaten Aceh Barat, agar tidak bosan melakukan sosialisasi standar operasional prosedur layanan medis kepada masyarakat.
Diharapkan masyarakat benar-benar memahami tugas tenaga kesehatan, sekaligus menekan potensi komplain karena telah tahu dengan regulasi dan prioritas layanan kesehatan.
“Sosialisasi itu bisa saja dengan memanfaatkan kesempatan saat masyarakat yang butuh layanan kesehatan berkumpul di puskesmas atau bisa turun langsung ke pukesmas pembantu (pustu) dalam kawasan puskesmas,” katanya.
Ia menyebutkan langkah sosialisasi yang dilakukan juga untuk meminimalkan komplain yang tak perlu, serta berpotensi dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk kepentingan yang kadang jauh dari koridor layanan kesehatan itu sendiri.
“Mari kita minimalisasi potensi komplain yang tak pada tempatnya, dan tentu saja saya mengajak agar seluruh jajaran Dinkes Aceh Barat untuk memberikan layanan terbaik kepada masyarakat, dengan tidak memandang status dan keberadaan warga yang dilayani serta dengan tidak melupakan regulasi dan prioritas layanan,” kata Mahdi.