Cara Mengatasi Ketakutan Pasca Jatuhnya Pesawat Lion Air
Aviophobia merupakan kondisi di mana seseorang memiliki ketakutan berlebihan naik pesawat. Jumlah orang yang takut naik pesawat terbilang tidak sedikit. Hasil survei yang dipublikasikan National Geographic TV mencatat, satu dari 10 orang takut naik pesawat.
Kekhawatiran itu juga diungkapkan salah seorang pegawai swasta yang mengaku parno untuk naik pesawat. Apalagi setelah pemberitaan jatuhnya pesawat Lion Air JT 610.
"Badan rasanya suka keringet dingin, kalau kepikiran naik pesawat. Apalagi setelah kejadian Lion Air jatuh," ungkap Iqbal (24) kepada era.id, Sabtu (3/11).
Dalam istilah dunia Psikologi, perasaan ketakutan semacam itu disebut dengan post traumatic stress order (PTSD). PTSD merupakan kondisi mental di mana seseorang mengalami serangan panik yang dipicu oleh trauma pengalaman yang pernah terjadi.
Orang yang mengidap PTSD biasanya mengalami peristiwa yang menyakitkan atau mengejutkan, seperti kecelakaan, insiden yang mencancam nyawa, atau perang. Ia mungkin memikirkan kejadian traumatis ini sepanjang waktu dan hal ini dapat mempengaruhi kehidupannya.
"Kondisi ini memang titik penyakit yang berasal dari trauma mendalam," kata Psikolog Tika Bisono saat berbincang dengan era.id.
Kondisi yang dirasakan oleh Iqbal menurut Tika adalah karena adanya stimulus dari otak yang memicu hormon kortisol.
"Pemikiran yang parno itu, menstimulasi hormon di otak. Kemungkinan besar hormon kortisol, karena hormon tersebut berhubungan dengan stimulasi negatif dan yang menyakitkan," jelasnya.
Pada konteks tragedi Lion Air, Tika menjelaskan mungkin orang yang mengalami ketakutan pasca tragedi tersebut mungkin saja dengan melihat warna oranye seseorang bisa saja langsung berteriak. "Karena kan warna ikonnya (Lion Air) oranye," kata Tika.
Bahkan lebih parah lagi, menurut Tika, seseorang yang mengalami traumatik mendalam bisa saja berteriak histeris nangis-nangis ketika melihat Lion Air di atas langit.
Ilustrasi Pixabay
Cara Mengatasinya
Untuk mengatasi ketakutan-ketakutan itu, Psikolog Tika punya solusinya. Menurutnya seseorang yang mengalami kondisi tersebut harus melakukan psikoterapi dengan menggunakan berbagai metode terapi.
Misalnya "ada hipnoterapi, relaksasi, NLP," kata Tika. Hal tersebut tentunya harus didampingi dengan Psikolog profesional. "Tidak boleh sembarangan," timpalnya.
Dalam terapi tersebut Tika menjelaskan, misalnya si pengidap harus naik lion air atau pesawat lain, kemudian dikasih stimulasi lain yang menyenangkan dia.
"Yang menyenangkan misalnya pada saat di lion, di kasih buku, yang dia suka sekali dengan buku itu, jadi konsentrasinya dialihkan. Tahu-tahu bukunya belum habis, tapi sudah mau mendarat, dengan begitu dia jadi lebih tenang," jelasnya.
Mengatur pernapasan juga terbukti mampu meringankan rasa khawatir dalam perjalanan. Jika sudah terlanjur panik, fokuslah pada kursi belakang di depanmu dan ambil napas dalam-dalam secara perlahan. Bernapaslan dari hidung selama lima detik, tahan sebentar, lalu hembuskan pelan-pelan dari mulut, juga selama lima detik.
"Detak jantungmu akan segera menurun dan dalam satu atau dua menit kamu akan mulai merasa relaks," kata Bor, penulis buku 'Overcome Your Fear Of Flying'.
Yang terakhir, jika memang kalian masih merasa gugup dan gelisah, ada baiknya untuk berbicara dengan pramugari. Kru kabin biasanya dilatih untuk membantu menenangkan penumpang yang takut terbang, tentunya mereka memiliki banyak cara untuk membuat kalian merasa jauh lebih relaks.