Patut Dilestarikan, Manfaat Ruang-ruang ngopi Bagi Ketahanan Budaya Rakyat

ERA.id - Budaya minum kopi atau ngopi, rupanya bukan sekadar duduk dan menikmati kopi. Namun, di ruang-ruang ngopi banyak tercipta inplementasi nilai-nilai yang bermanfaat bagi ketahanan budaya.

Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Fitra Arda saat menghadiri "Sosialisasi implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat berbasis kebudayaan" di Kota Banda Aceh baru-baru ini.

Menurutnya, ruang-ruang ngopi bisa menjadi tempat dimana masyarakat biasa saling bercengkerama dan berdiskusi dapat memperkuat ketahanan budaya rakyat di tengah derasnya arus digitalisasi.

"Ruang-ruang ngopi itu suasana khas dan kekuatan kita, di sana ada percakapan dan diskusi yang terus mengalir di tengah derasnya arus digitalisasi. Nanti akan kita kelola itu sebagai bentuk dari penguatan ketahanan budaya masyarakat kita," ujar Fitra kepada Era.id.

Ia menjelaskan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) memiliki tiga arah kebijakan baru.

"Pertama yakni prinsip pengarusutamaan, dimana budaya menjadi metode dalam pembangunan. Kedua, mengakui peran serta masyarakat dimana pemerintah hanya sekadar memfasilitasi, dan ketiga yakni memperkuat ekosistem kebudayaan," ucapnya.

Lebih lanjut ia menyebut, ketahanan budaya di ruang-ruang kopi ini termasuk bagian dari memperkuat ekosistem kebudayaan. Kopi akan selalu menjadi bagian dari percakapan kita, ada keterpaduan antar komunitas di situ.

"Paling penting dari memperkuat ekosistem kebudayaan yakni membangun narasinya, bukan sekadar menghafalkan arti dari budaya itu apa. Indonesia Raya itu bangunlah jiwanya, bangunlah badannya. Jiwanya perlu dibangun dari narasi budaya, nilai-nilai di balik budaya," sambungnya.

Contoh lain, Tari Saman misalnya, di baliknya ada pelajaran tentang manajemen, bagaimana orang itu agar bisa bergerak sama dan selaras menjadi satu kesatuan.

"Ketahanan budaya menjadi hal utama yang perlu dibangun, dimana Kota Banda Aceh telah banyak didukung melalui berbagai pendanaan, salah satunya Dana Alokasi Khusus (DAK) yang nantinya masyarakat didorong untuk membuat program-program yang berbasis komunitas untuk membangun narasi budaya," tegasnya.

Ketahanan budaya menjadi hal utama. Aceh banyak didukung pendanaan melalui DAK di museum, ada enam museum yang kita dukung, dan taman budaya. Maka penting mendorong masyarakat untuk membuat program-program yang ada kaitan dengan jiwa dan nyawanya untuk membangun narasi budaya.

Menurutnya, ketahanan budaya juga bisa dilakukan melalui penguatan karakter dari kearifan lokal, bagaimana membangun karakter masyarakat yang dapat hidup dari budaya sehingga bernilai ekonomi.

Dari ruang-ruang kopi itu kan nanti bisa muncul pembahasan tentang kekuatan komunitas untuk menggerakkan budaya agar lebih bernilai ekonomi, misalnya di Aceh ini bagaimana agar budaya berbasis syariat Islam dapat menjadi kekuatan.

"Artinya Islam bisa tumbuh berdampingan dengan agama lain dan menjadi daya tarik bagi wisatawan," paparnya.