Pemilu 2024 Rawan Konflik, Gangguan Kesehatan Jiwa Bisa Kena Imbasnya
ERA.id - Pemilu 2024 yang berlangsung pada Februari lalu rupanya memiliki dampak signifikan pada kesehatan mental masyarakat.
Menurut studi observasional terkait kesehatan jiwa dan pemilu yang digagas Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa (Kaukus Keswa) menunjukkan, tingkat kecemasan masyarakat di tingkat sedang hingga berat meningkat 16 persen dan depresi sebesar 17,1 persen setelah Pemilu berlangsung.
Selain menemukan risiko depresi dan kecemasan, studi itu juga mengungkap hubungan erat munculnya masalah kesehatan jiwa seperti konflik diri, konflik eksternal dan tekanan pihak lain dalam membuat pilihan.
Sebelumnya, penelitian dilakukan dengan metode observasional kuantitatif ini dilakukan secara design cross sectional melalui kuesioner online.
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner GAD-7 dan PHQ-9 untuk mengukur status kesehatan jiwa. Kuesioner dilengkapi dengan modifikasi peneliti untuk mengukur persepsi tentang Pemilu dan status demografi.
Dalam hal ini, terungkap aspek konflik dengan pihak lain yang terjadi selama masa Pemilu berpotensi memicu depresi sedang-berat pada 31,3 persen responden dengan tingkat risiko 2,5 kali lipat.
Sementara itu 4 dari 10 responden mengaku mendapat tekanan ketika harus memilih calon tertentu dan akibatnya mereka berisiko mengalami depresi tingkat sedang hingga berat 3,3 kali lipat.
"Data ini menunjukkan risiko terkait dengan persepsi kesehatan mental yang berhubungan dengan proses partisipasi Pemilu,” ungkap Ketua Tim Peneliti dan Inisiator Kaukus, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH di Jakarta, baru-baru ini.
Melalui temuan terbaru itu, penting untuk ditindaklanjuti dengan menggali akar dan sumber konflik yang muncul dari proses pemilu 2024.
Sebab, seperti kita pahami, masalah kesehatan mental yang mencakup kecemasan dan depresi merupakan "pintu masuk" masalah gangguan jiwa serius bahkan bisa berdampak fatal.