Marak Wisatawan Nakal, Otoritas Kyoto Larang Pengunjung Masuk Gang Sempit di Distrik Geisha

ERA.id - Wisatawan yang berkunjung ke Jepang akan dilarang memasuki gang-gang pribadi di distrik geisha yang terkenal di Kyoto. Larangan ini menyusul perilaku buruk wisatawan selama berlibur pasca pandemi Covid-19.

Isokazu Ota, anggota eksekutif dewan mengatakan larangan ini akan diberlakukan menyusul overtourism di kota kuno tersebut pasca pandemi. Ota mengatakan penduduk asli merasa frustasi dengan tindakan wisatawan selama berkunjung ke gang-gang sempit tersebut.

"Kami akan meminta wisatawan untuk tidak memasuki jalan-jalan sempit pada atau setelah bulan April. Kami tidak ingin melakukan ini, tapi kami putus asa,” katanya, dikutip Japan Times, Jumat (8/3/2024).

Ota juga menambahkan bahwa dia akan memasang tanda-tanda larangan masuk untuk para wisatawan. Meski demikian, jalan Hanamikoji utama di Gion, yang merupakan jalan umum, akan tetap dibuka untuk wisatawan.

Lalu, kata Ota, sekelompok wisatawan kadang-kadang "bertingkah seperti paparazzi" ketika geisha muncul dari jalan sempit yang lebarnya hanya 1 atau 2 meter.

Penduduk Kyoto telah lama mengungkapkan rasa frustrasinya terhadap perilaku buruk wisatawan, terutama di distrik Gion, yang merupakan rumah bagi kedai teh tempat "geiko", sebutan bagi geisha setempat dan murid-murid "maiko" muda mereka tampil.

Pada bulan Desember, dewan distrik Gion yang terdiri dari warga mendesak kota Kyoto untuk mengatasi masalah ini, dengan mengatakan bahwa lingkungan mereka "bukanlah taman hiburan".

Salah satu kejadian yang membuat warga lokal terganggu ialah tingkah wisatawan yang mengenai kimono maiko dengan puntung rokok ke kerahnya.

Pada tahun 2019, dewan distrik Gion memasang tanda yang bertuliskan "dilarang memotret di jalan pribadi" yang memperingatkan denda hingga 10.000 yen atau Rp1 juta.

Meskipun ada kesalahpahaman umum di luar negeri, geisha bukanlah pekerja seks, melainkan penghibur dan pembuat cerita yang sangat ahli dalam tarian tradisional Jepang, alat musik dan permainan.

Pariwisata ke Jepang telah meningkat pesat sejak pembatasan perbatasan di era pandemi dicabut, dan objek wisata utama lainnya juga mengambil langkah-langkah untuk melawan overtourism.

Musim panas ini, pendaki yang menggunakan rute paling populer untuk mendaki Gunung Fuji akan dikenakan biaya 2.000 (Rp211 ribu), dengan jumlah yang dibatasi untuk mengurangi kemacetan dan meningkatkan keselamatan.