Saksi Ganjar-Mahfud Ungkap Kader PDIP Diancam Ditembak saat Jokowi ke Gunung Kidul

ERA.id - Ketua DPC PDI Perjuangan Gunung Kidul Endah Subekti Kuntariningsih menceritakan salah satu kadernya dapat ancaman akan ditembak oleh oknum aparat keamanan saat Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kerja ke daerahnya.

Hal itu disampaikan dalam sidang gugatan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta Pusat, Selasa (2/3/2024).

Awalnya, Endah yang merupakan salah satu saksi dari kubu pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD itu mengaku mendapat laporan ada seorang relawan yang dianiaya karena membentangkan sepandung pasangan nomor urut tiga. Tapi tidak ada yang menolong.

"Katakanlah ada simpatisan yang dianggap bersalah atau membahayakan objek, tetapi tidak untuk dipukuli, dihakimi, karena ini negara Pancasila, ini adalah negara hukum. Silahkan ditangkap, tetapi tidak dianiaya," ucapnya.

Setelah itu, dia langsung menelepon salah satu kader PDIP yaitu Imanuel Apriyanto untuk bernegosiasi dengan aparat demi menyelematan relawan Ganjar yang dianiaya. Namun negosiasi tidak berjalan lancar.

Sebaliknya, menurut pengakuan Endah, Imanuel justru mendapat ancaman akan ditembak oleh aparat tersebut.

"Tetapi negosiasi ini gagal dilakukan Imanuel, bahkan Imanuel telepon bahwa dia diancam akan ditembak. Disitulah emosi saya bangkit, saya langsung meluncur kembali ke Kabupaten Gunung Kidul dan saya langsung datang ke lokasi sekitar pukul 13.03 dan anak itu masih ditahan," ucapnya.

Menurut Endah, aparat yang menganiaya relawan Ganjar dan mengancam kader PDIP itu mengaku sebagai ring satu pasukan pengamanan presiden.

"Kami tidak tahu namanya, Pak. Tapi di saat kami datang, saya bertanya, 'bapak siapa?', 'saya adalah ring pertama yang diminta untuk mengamankan presiden'," tuturnya.

Selain itu, intimidasi juga dialami oleh Satgas PDIP Gunungkidul baik laki-laki maupun perempuan. Mereka sampai digeledah oleh aparat hanya karena mempertahankan bendara partai tetap berkibar.

Merasa tak terima, Endah lantas menelepon Intel Polres Gunung Kidul dan Kodim.

"Saya tanya ke Intel Polres, apakah saudara diperintah Kapolres untuk menggeledah satgas kami yang berkaos Ganjar? Karena digeledah tak hanya laki-laki. Tapi satgas perempuan juga. Dijawab oleh Intel polres bahwa bukan dari polres dan tak ada perintah. Saya tanya ke satgas yg telepon, Ternyata dari Kodim. Kasi Intel kodim langsung saya telepon tapi tak dijawab," kata dia.

"Selang beberapa menit komandan kodim menjawab WA saya dan tak ada di lapangan dan tak tahu," tambahnya.