Hikmah di Balik Memaafkan Berdampak Positif untuk Kesehatan Mental

ERA.id - Momen Lebaran selalu identik dengan silaturahmi dan saling bermaaf-maafan. 

Terlepas dari momennya, mungkin memaafkan merupakan sesuatu yang tidak mudah untuk dilakukan.

Tak semua orang bisa memaafkan kesalahan orang lain. 

Tapi faktanya, seseorang perlu berlapang dada untuk bisa memaafkan karena dampaknya sangat baik bagi kesejahteraan mental.

Sikap dan proses memaafkan itu membuat mental dan kesejahteraan hidup menjadi lebih baik. 

"Pengampunan dapat mengubah dinamika hubungan dan mencegah banyak hal merugikan yang dapat terjadi di masyarakat," kata Worthington, profesor emeritus di Virginia Commonwealth University, seperti dilansir dari laman Washington Post.

"Ada ketidakadilan yang kami alami setiap hari. Orang tidak perlu memaafkan, itu adalah pilihan yang bisa dibuat atau tidak oleh orang lain,” tambahnya. 

Sikap memaafkan, menunjukkan penurunan gejala depresi dan kecemasan berarti secara statistik di antara pengguna. 

"Saya pikir pengalaman dianiaya adalah hal yang lumrah," kata VanderWeele, salah satu penulis penelitian baru dan penyelenggara konferensi Harvard. 

"Kami telah melihat pengampunan dapat mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan mental. Jika sumber daya ini disebarluaskan, dampaknya terhadap kesehatan mental masyarakat bisa sangat besar," ucapnya.

Penelitian ilmiah juga telah menunjukkan anak-anak yang memaafkan memiliki prestasi akademis yang lebih baik.

Secara keseluruhan, sikap memaafkan dapat menurunkan tekanan darah, tidur lebih nyenyak, dan mengurangi kecemasan.

Langkah pertama menuju pengampunan adalah dengan memutuskan untuk memaafkan.

Untuk mencapai pengampunan emosional, seseorang perlu melepaskan dan berhenti memikirkan kesalahannya.

Dibutuhkan pilihan sadar untuk menggantikan niat buruk terhadap seseorang dengan perasaan niat baik. 

"Pengampunan emosional membutuhkan waktu lebih lama,” kata Worthington.

Penelitian terbaru berfokus pada metode pengampunan REACH. REACH adalah singkatan dari:

- Ingat: Ingat kembali rasa sakitnya. Lihatlah kejadian tersebut secara objektif, dan jangan mencoba mengesampingkan perasaan.

- Berempati: Berempati dengan pelakunya, tanpa memaafkan tindakannya atau mengabaikan perasaan Anda sendiri. Mungkin orang tersebut sedang mengalami hari yang buruk atau dibesarkan dalam keadaan yang mengerikan.

- Hadiah: Berikan hadiah pengampunan. Pikirkan saat bersikap kasar atau kasar, dan sadari bahwa setiap orang memiliki kekurangan.

- Berkomitmen: Buatlah keputusan untuk memaafkan. Kamu dapat menulis surat yang tidak kirimkan untuk membantu diri sendiri membuat komitmen.

- Pertahankan: Pertahankan pengampunan. Kenangan akan pelanggaran atau peristiwa di masa lalu tidak akan berubah. Namun bagaimana kita merespons keadaan, hanya kita yang bisa menentukannya. 

Meskipun studi tentang sikap memaafkan menunjukkan bahwa orang-orang mendapatkan manfaat dari intervensi tersebut, studi tersebut juga mengungkapkan efeknya dapat memudar seiring berjalannya waktu, sehingga menggarisbawahi perlunya terus berlatih. 

Latihan memaafkan pun bisa dimulai dari tindakan kecil. Misalnya, jika seseorang memotong antrean atau bersikap kasar kepada Anda di kasir, gunakan itu sebagai kesempatan untuk memaafkan, karena menyadari perilaku buruk tersebut bukan bersifat pribadi.

"Pengampunan tidak menyelesaikan semua masalah," kata Worthington.

"Tetapi pengampunan itu membebaskan. Ini adalah respons yang tepat ketika dianiaya." lanjutnya