Merawat Silat yang Sudah Sekarat
Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Nurussamawati Wal Ardi, KH.Tb.Muhammad Ali Nur Quraisy, salah satunya yang masih melestarikan seni bela diri pencak silat. Guru Besar Pencak Silat Panca Tunggal Banten itu bahkan memasukkan silat ke dalam kurikulum pendidikan di pesantrennya.
"Tak hanya kurikulum agama yang diberikan kepada santri, tapi juga pelajaran umum terlebih seni bela diri pencak silat. Tujuannya, agar para santri bisa melestarikan budaya," tutur pria yang akrab disapa Abah itu kepada era.id, di Kragilan, Serang, Banten, Senin (19/11/2018).
Tidak diketahui pasti kapan seni bela diri asal Banten ini berdiri. Yang jelas, kata Abah, Pencak Silat Panca Tunggal ini ada sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdiri.
"Kalau waktu tepatnya (berdiri) saya enggak tahu --karena terlalu lama --tapi silat ini sudah tersebar ke seluruh Indonesia dan dunia," imbuhnya.
Abah Ali Nur Quraisy (Oji/era.id)
Saat para santri unjuk gigi silat (Oji/era.id)
Tak hanya teknik bela diri yang diajarkan di pencak silat ini, tapi juga atraksi kesenian debus. Kepada era.id, Abah memerintahkan para santri yang kebetulan muridnya juga di perguruan, untuk mendemonstrasikan keahliannya.
Baik santri laki-laki maupun perempuan bergiliran mengeluarkan jurus-jurus andalannya. Tak lupa atraksi debus dengan menggunakan senjata tajam pun dijajal para santri ini.
"Kalau total jurus di perguruan ini ada banyak, yang intinya saja ada 150 jurus. Kalau keseluruhan hampir 1.500 jurus, " jelas Abah.
Sambil mendemonstrasikan jurus-jurus andalan, para santri juga diiringi dengan kesenian kendang pencak. Harmonisasi terompet, kendang, serta gong yang ditabuh semakin menambah kesan sakral dan sangar dari seni tradisi khas Banten ini. Abah menceritakan, saat ini sudah ada hampir 27 juta anggota yang tersebar, baik di Indonesia maupun di luar negeri.
"Di luar negeri ada seperti di Malaysia, Prancis, bahkan Brunei Darussalam," ujar Abah.
Saat para santri unjuk gigi silat (Oji/era.id)