Rahasia Agung Karmalogy Bikin Konten yang Sering Jadi FYP di TikTok
ERA.id - Seleb TikTok Agung Karmalogy membeberkan tips menjadi kreator konten pemula. Menurutnya, siapa saja bisa menjadi konten kreator. Apabila kamu konten kreator pemula di TikTok, tentunya sangat memerlukan banyak penonton atau viewers pada konten yang diunggah.
Semakin menarik konten yang dibuat, semakin besar pula peluang konten tersebut menjadi viral dikalangan audience. Tidak mudah, ada beberapa tips yang harus dilakukan agar konten yang dibuat selalu FYP di TikTok.
FYP merupakan singkatan dari For You Page. Laman ini memuat video yang direkomendasikan algoritma TikTok sesuai minat dan riwayat tontonanmu.
Agung Karmalogy mengatakan kreator konten pemula wajib menemukan jati diri lebih dulu. Apabila sudah sesuai dengan kemampuannya, maka konten akan tersampaikan kepada para penonton sesuai kategori konten itu.
"Hal simpel temukan jati diri jadi siapa audience kamu siapa," jelas Agung Karmalogy, saat ditemui di Jl. Sunda, Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat pada Selasa (21/5/2024).
"Karena, sudah jelas, brand itu paling suka yang masih baru. Makin banyak melewati influencer baru-baru, mereka masih terima barter. Yang penting tahu jati diri sendiri," lanjutnya.
Agung Karmalogy merekomendasikan seseorang membuat konten yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Seperti halnya Agung Karmalogy yang kontennya melekat dengan kehidupan ibu-ibu.
"Zaman sekarang butuh itu. Jadi rakyat jelata kayak aku, relate banget makan rujak ditaman. Kita relate apa impian-impian sultan. Cuma dengan menonton influencer sultan 'oh jadi gitu kehidupannya'," imbuhnya.
"Ini antara mimpi apa realita. Semua orang bisa jadi influencer, content creator. Jadi ini arahnya mau kemana, influencer seperti Keanu yang lucu banget? Tapi kayak gitu, lu nggak bisa ngalahin original. Aku karakternya perwakilan bunda-bunda. Bukan mom influencer, tapi laki-laki," lanjutnya.
Agung Karmalogy menyarankan para content creator baru agar membuat konten yang bisa membangkitkan empati. Sehingga, para konsumen menjadi lebih tertarik dengan konten yang dibuat.
"Secara personality audio punya simpati, tapi kita kemas secara kreatif. Tapi, memang audio butuh empati juga, meski kontennya seru. Audience utamakan empati, seperti konflik, isu rumah tangga. Kalau drama seperti film nggak suka. Audience itu suka entertain, karena dianggap benar-benar nyata. Aku bilang audience mengedepankan empati." tambahnya.