Korban Longsor Papua Nugini Diperkirakan Tembus 2.000 Jiwa, Tim Penyelamat Kesulitan Akses Lokasi
ERA.id - Korban tanah longsor di Papua Nugini diperkirakan tembus lebih dari 2.000 jiwa. Korban rata-rata masih tertimbun tanah akibat medan yang sulit.
Pusat Bencana Nasional menaikkan jumlah orang yang diduga terkubur menjadi 2.000 jiwa dalam surat yang dikirimkan kepada PBB. Sebuah badan terpisah PBB memperkirakan jumlah korban tewas jauh lebih rendah, yaitu lebih dari 670 orang.
Angka tersebut mencerminkan lokasi yang terpencil dan sulitnya mendapatkan perkiraan populasi yang akurat. Sensus terakhir yang dilakukan PNG dilakukan pada tahun 2000 dan banyak orang tinggal di desa-desa pegunungan yang terpencil.
“Ada 18 anggota keluarga saya yang terkubur di bawah puing-puing dan tanah tempat saya berdiri, dan masih banyak lagi anggota keluarga di desa yang tidak dapat saya hitung,” kata warga Evit Kambu, dikutip Reuters, Senin (27/5/2024).
“Tetapi saya tidak dapat mengambil mayatnya jadi saya berdiri di sini tanpa daya," tambahnya.
Tanah longsor melanda desa Yambali di utara negara itu sekitar pukul 3 pagi pada hari Jumat ketika sebagian besar masyarakat sedang tidur. Lebih dari 150 rumah terkubur di bawah puing-puing setinggi hampir dua lantai.
Tim penyelamat mengatakan kepada media lokal bahwa mereka mendengar jeritan dari bawah tanah. Lebih dari 72 jam setelah tanah longsor, warga masih menggunakan sekop, tongkat, dan tangan kosong untuk mencoba memindahkan puing-puing dan menjangkau korban yang selamat.
Peralatan berat dan bantuan lambat tiba karena lokasinya yang terpencil, sementara peperangan suku di dekatnya telah memaksa para pekerja bantuan untuk melakukan perjalanan dalam konvoi yang dikawal oleh tentara dan kembali ke ibu kota provinsi, sekitar 60 km jauhnya, pada malam hari.
"Delapan orang tewas dan 30 rumah terbakar pada hari Sabtu," kata seorang pejabat badan PBB.
Konvoi bantuan pada hari Senin melewati sisa-sisa rumah yang masih berasap. Sementara ekskavator pertama baru mencapai lokasi tersebut pada Minggu malam.
Serhan Aktoprak, kepala misi badan migrasi PBB di PNG mengatakan masih ada risiko tanah dan puing-puing dapat bergeser lagi dan lebih dari 250 rumah telah ditinggalkan karena para pejabat mendorong masyarakat untuk mengungsi. Sejauh ini lebih dari 1.250 orang telah mengungsi.
Lebih lanjut, Aktoprak mengatakan beberapa warga setempat tidak ingin alat berat dan ekskavator masuk ke desa. Hal ini dinilai bisa mengganggu acara duka.
"Pada titik ini, saya pikir orang-orang menyadari bahwa kemungkinannya sangat kecil, bahwa siapa pun pada dasarnya bisa tersingkir hidup-hidup,” katanya.