Hari Lanjut Usia Nasional: Gizi Baik Dukung Lansia Sehat dan Produktif
ERA.id - Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) selalu diperingati pada 29 Mei setiap tahunnya. Momen ini merupakan bentuk apresiasi atas semangat jiwa raga dan peran lansia (lanjut usia) dalam mempertahankan kemerdekaan, mengisi pembangunan hingga turut memajukan bangsa Indonesia.
Lebih dari itu, HLUN juga menjadi momen agar kita (generasi muda) bisa memerhatikan kebutuhan orang lanjut usia supaya dapat hidup sehat dan produktif.
Salah satunya dengan menjaga asupan gizi lansia agar tidak mengalami kekurangan gizi.
Pasalnya, tidak sedikit orang yang beranggapan gizi buruk adalah berat badan di bawah nilai normal, namun kelebihan berat badan juga termasuk dalam kriteria gizi buruk, kedua kondisi ini disebut dengan malnutrisi.
“Malnutrisi baik dalam bentuk gizi kurang atau lebih, sama-sama memiliki dampak buruk bagi kesehatan. Gizi kurang pada lansia berkorelasi dengan kondisi kelemahan atau kerapuhan, yang menurunkan kualitas hidup,” ujar Medical General Manager PT Kalbe Farma Tbk, dr. Dedyanto Henky Saputra, M.Gizi, AIFO-K dalam keterangan persnya.
Sedangkan pada lansia yang memiliki gizi lebih atau obesitas, kata dr. Dedy, dalam jangka panjang akan menjadi cikal bakal penyakit kronik tidak menular atau non-communicable disease (NCD).
Penyakit yang cukup populer, di antaranya hipertensi, diabetes, hingga gangguan ginjal. Penyakit tidak menular pun saat ini menjadi penyakit terbesar di dunia termasuk Indonesia, dan menjadi beban kesehatan negara.
Gizi kurang rentan dialami oleh lansia, karena terjadi perubahan pada tubuh lansia yang juga memengaruhi kebutuhan gizi mereka, mulai dari tubuh bagian atas hingga bagian bawah.
Hal ini juga menyebabkan asupan nutrisi lansia cenderung kurang mencukupi. Pertama, pada bagian tubuh atas, terdapat gigi yang tidak lengkap, sehingga berkurangnya kemampuan mengunyah dan makanan yang dimakan menjadi terbatas, seperti kesulitan mengunyah makanan padat atau makanan bertekstur keras.
“Kemampuan pengecapan juga tidak sesensitif ketika usia muda, misalnya makanan yang anak muda rasa enak belum tentu enak menurut lansia, sebab fungsi saraf pengecapan berkurang atau tidak optimal. Kedua, kemampuan menelan tidak sebaik orang muda, karena pergerakan saluran cerna melambat, termasuk saat makanan ada di dalam lambung. Maka dari itu, lansia itu makan sedikit cepat kenyang,” jelas dr. Dedy.
Selanjutnya, kondisi usus halus untuk penyerapan zat nutrisi juga sudah tidak sebaik usia muda. Kemudian dengan melambatnya saluran cerna bagian bawah, risiko konstipasi atau sembelit menjadi lebih tinggi, apalagi terhadap lansia yang tidak aktif bergerak. Jika terjadi sembelit, perut terasa penuh atau begah dan malas makan. Nutrisi yang diterima tubuh pun dipengaruhi oleh penyakit komorbid yang sering kali menyerang lansia, seperti hipertensi, diabetes, atau osteoartritis.
“Dengan adanya penyakit tersebut, lansia sering kali memiliki pantangan makanan, pilihan makan pun terbatas. Misalnya lansia dengan diabetes memiliki pantangan makan yang manis, hipertensi memiliki pantangan makan yang asin. Apalagi jika lansia yang disertai demensia atau pikun, hanya berbaring dan tidak bisa bergerak. Mereka semakin sulit memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari atau akses nutrisinya,” ungkap dr. Dedy.
Ada tiga cara untuk pemenuhan gizi seimbang pada lansia. Pertama, porsi makan yang cukup, yaitu porsi yang menyebabkan berat badan ideal. Lalu, pemenuhan keragaman gizi, yaitu terdapat zat gizi makro dan mikro, di antaranya karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Hal ini penting diperhatikan, karena otot lansia cenderung menyusut secara alami.
“Saat usia di atas 30 tahun, massa otot kita berkurang 1 persen setiap tahunnya. Apalagi jika asupan protein lansia berkurang, maka lebih cepat lagi masa otot mereka menyusut. Dampak dari kurangnya asupan protein pada lansia ialah ototnya mengecil dan lemaknya bertambah."
"Protein juga penting untuk pembentukan tulang, sel darah merah, dan mengganti sel-sel kulit. Orang tua juga takut makan nasi, padahal jika karbohidrat kurang maka energi untuk beraktivitas sehari-hari bisa berkurang. Jangan musuhi daging, telur, nasi, lemak sehat dari minyak ikan, alpukat, dan kacang-kacangan,” papar dr. Dedy.
Tahapan ketiga yang harus dilakukan lansia ialah melakukan olahraga kardio dan angkat beban sesuai kemampuan masing-masing tubuh.
Dokter Dedy menekankan, olahraga angkat beban disertai asupan protein yang cukup akan membantu lansia mengoptimalkan perkembangan otot dan tulang, walaupun bertambahnya usia. Sehingga, lansia tidak mudah bungkuk, terjatuh, patah tulang (osteoporosis), dan mengurangi risiko osteoartritis.
Mengingat setiap kondisi lansia yang mungkin mengalami kesulitan mengunyah makanan, lansia bisa memenuhi kebutuhannya itu melalui nutrisi cair.
Misalnya mencari makanan bertekstur cair yang dilengkapi protein hewani dan sumber gizi nabati lainnya. Selain nutrisi yang lengkap, satu hal yang tak boleh terlupakan juga adalah tentang jumlah kalori yang perlu dipenuhi sesuai kebutuhan.
"Kalau kita lihat bentuk makanan, produk ini setara dengan 100 gram nasi atau 180 kkal, ditambah lauk dan sayur. Entramix sudah ada 9 gram protein, lemak baik, lemak tidak jenuh, serat pangan, ada juga vitamin dan mineral yang lengkap," papar Brand Owner Entramix-Entrasoy, Airin Levina.