Ketegangan Makin Meningkat, Kanada Akan Evakuasi 20.000 Warganya dari Lebanon
ERA.id - Kanada memiliki rencana untuk mengevakuasi 20.000 warga negaranya di Lebanon. Evakuasi ini menyusul ketegangan yang meningkat antara Israel dan Hizbullah.
Kepala komandan militer Kanada Jenderal Wayne Eyre mengatakan pihaknya tidak bisa melakukan proses evakuasi tanpa bantuan dari pemerintah.
"Kami tidak bisa melakukannya sendiri. Ini akan menjadi upaya koalisi, dan kami terikat erat, sangat erat dengan sekutu kami," kata Eyre, dikutip Anadolu, Jumat (28/6/2024).
Pernyataan Eyre muncul satu hari setelah Menteri Luar Negeri Melanie Joly memberikan peringatan bagi warga Kanada untuk keluar dari Lebanon sesegera mungkin selagi penerbangan komersial masih tersedia. Dia juga menyarankan agar tidak melakukan perjalanan ke negara tersebut.
Menlu Kanada Melanie Joly juga sempat terlibat percakapan menegangkan dengan Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz soal situasi yang memburuk di Lebanon. National Post melaporkan bahwa Kanada harus mengevakuasi 45.000 warganya yang berada di Lebanon.
"Global Affairs Canada bertanggung jawab atas evakuasi apa pun dan mereka tidak mengkonfirmasi jumlah tersebut," lapor Nationl Post.
Namun Eyre dan para pemimpin militer sekutulah yang harus melakukan evakuasi. Mereka bertemu pada hari Selasa dan komandan Kanada tetap memegang senjatanya.
"Jumlah yang kami lihat adalah sekitar 20.000 berdasarkan apa yang kami lakukan pada tahun 2006," katanya.
Dalam pertemuan tersebut, Eyre dan komandan lainnya mendiskusikan bagaimana evakuasi dapat dilakukan dengan aman.
Pada bulan Juli 2006, hampir 15.000 orang, sebagian besar warga Kanada, dievakuasi selama periode 14 hari ketika perang meletus antara Israel dan Hizbullah.
Hizbullah terdaftar sebagai organisasi teror oleh Kanada pada tahun 2006.
Ketegangan meningkat di sepanjang perbatasan Lebanon dengan Israel di tengah serangan lintas batas antara Hizbullah dan pasukan Israel ketika Tel Aviv terus melancarkan serangan mematikannya terhadap Jalur Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 37.700 korban sejak Oktober menyusul serangan kelompok perlawanan Palestina, Hamas.
Tentara Israel mengatakan pihaknya berencana melancarkan serangan terhadap Hizbullah dan sedang menunggu persetujuan pemerintah untuk melakukan serangan.