Kehamilan Usia Remaja Jadi Faktor Tinggi Kematian Ibu di Indonesia

ERA.id - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr. Hasto Wardoyo mengungkapkan kehamilan remaja kini menjadi salah satu faktor tinggi kematian seorang ibu. Tak hanya kehamilan remaja, penyebab kematian ibu bervariasi. Mulai dari faktor kesehatan, sosial ekonomi, hingga perkawinan.

Dokter Hasto mengatakan kemajuan bidang kependudukan di Indonesia, berkat konsistensi pelaksanaan program KB hampir 5 dekade. Hal ini disampaikan langsung oleh dokter Hasto dalam acara peringatan Hari Kependudukan Dunia (HKD) 2024.

"Total fertility rate (TFR) telah mencapai 2,14. Angka Kematian Ibu (AKI) menurun signifikan menjadi 189 per 100.000 kelahiran hidup," ucapnya dalam siaran langsung di kanal YouTube BKKBN pada Senin (29/7/2024).

"Angka Kematian Bayi (AKB) menurun signfikan yang menjadi 16,86 per 1000 kelahiran hidup," tambahnya.

Dokter Hasto mengungkapkan Hasil Long Form SP 2020 mencatat terdapat 189 kematian perempuan pada saat hamil. Saat melahirkan atau masa nifas per 100.000 kelahiran hidup.

"AKB mengalami penurunan yang signifikan dari 346 per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Demografi Keluarga Indonesia (SDK). AKI Indonesia adalah sebesar 189 per 100.000 kelahiran hidup hasil Long Form SP2020." bebernya.

Dokter Hasto mengatakan remaja jadi faktor penentu negara yang bisa menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) untuk mencapai bonus demografi menuju generasi emas 2045.

Risiko kematian meningkat pada perempuan hamil di usia muda. Sebab, tubuhnya secara fisik belum siap. Selain itu, di usia yang muda, sering kali perempuan masih kurang mendapatkan pemantauan kesehatan.

Dalam Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan, angka kematian neonatal, postneonatal, bayi dan balita pada ibu yang berusia kurang dari 20 tahun lebih tinggi dibandingkan pada ibu usia 20 sampai 39 tahun.

Dalam acara ini, Dokter Hasto melakukan peninjauan Keluarga Berencana Pasca Persalinan (KBPP) on the spot. Sebanyak 100 akseptor mendapat pelayanan di mobil unit pelayanan (muyan) KB.