Enak Tapi Membahayakan Sekitar, 12 Makanan dan Minuman yang Bisa Merusak Lingkungan

ERA.id - Sejumlah makanan dan minuman rupanya menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan. Mulai dari emisi gas rumah kaca,  penggundulan hutan dan kelangkaan air. Produksi pangan tertentu dapat berdampak buruk terhadap ekosistem dan keanekaragaman hayati.

Memahami makanan serta minuman mana yang sangat berbahaya bagi lingkungan, memungkinkanmu lebih peka dalam menentukan pilihan makanan yang lebih ramah lingkungan. Dengan menerapkan kebiasaan ramah lingkungan, kita dapat berkontribusi terhadap bumi yang lebih sehat dan memastikan masa depan yang lebih berkelanjutan bagi generasi mendatang.

Ada pun makanan dan minuman tertentu yang memiliki rasa enak. Tetapi, beberapa makanan dan minuman ini memiliki kontribusi besar terhadap jejak ekologis karena proses produksinya. Berikut 12 makanan dan minuman yang bisa merusak lingkungan, seperti dilansir dari laman Times of India.

1. Coklat

Permintaan pasar coklat selalu tinggi. Hal ini membuat sejumlah negara mengalami deforestasi di wilayah penghasil kakao. Tidak hanya menghancurkan habitat, tetapi juga berkontribusi terhadap degradasi tanah dan perubahan iklim. Selain itu, pertanian kakao sering kali melibatkan praktik perburuhan yang tidak etis, termasuk pekerja anak.

Ilustrasi cokelat (Unsplash)

2. Kopi

Budidaya kopi, terutama di perkebunan yang ditanami sinar matahari, menyebabkan deforestasi dan hilangnya keanekaragaman hayati. Perkebunan kopi yang ditanam di bawah naungan memang tidak terlalu berbahaya, tetapi tingginya permintaan akan kopi mendorong praktik-praktik yang merusak lingkungan. Penggunaan air dan penggunaan pestisida semakin menambah jejak ekologisnya.

3. Kacang Kedelai

Meskipun kacang kedelai merupakan makanan pokok dalam pola makan nabati, budidaya kedelai dalam skala besar untuk pakan ternak masih menimbulkan permasalahan. Pertanian kedelai merupakan penyebab utama deforestasi. Hal ini menyebabkan hilangnya habitat dan peningkatan emisi karbon. Praktik pertanian monokultur juga menghabiskan unsur hara tanah.

4. Kacang Almond

Pertanian almond sangat membutuhkan banyak air, terutama di daerah rawan kekeringan seperti California, tempat sebagian besar produksi almond dunia. Konsumsi air dalam jumlah besar yang dibutuhkan untuk budidaya almond membebani sumber daya air dan ekosistem setempat.

5. Udang

Budidaya udang, terutama di daerah tropis, sering kali melibatkan perusakan hutan bakau. Hal ini penting bagi ekosistem pesisir. Udang yang ditangkap di alam liar juga dapat menimbulkan masalah yang membahayakan spesies laut lainnya. Selain itu, budidaya udang dapat mencemari saluran air setempat dengan limbah dan bahan kimia.

6. Alpukat

Meningkatnya popularitas alpukat telah menimbulkan masalah lingkungan. Pertanian alpukat membutuhkan banyak air dan dikaitkan dengan deforestasi di Meksiko. Tingginya permintaan juga menyebabkan pertanian monokultur, yang mengurangi keanekaragaman hayati dan menurunkan kesehatan tanah.

7. Beras

Sawah merupakan sumber emisi metana yang signifikan, salah satunya gas rumah kaca yang kuat. Selain itu, pertanian padi membutuhkan banyak air, sehingga berkontribusi terhadap masalah kelangkaan air di banyak daerah. Penggunaan pestisida dan pupuk dalam budidaya padi juga dapat mencemari air

8. Gula

Pertanian tebu menyebabkan penggundulan hutan, erosi tanah, dan polusi air akibat bahan kimia pertanian. Pengolahan gula juga menghasilkan limbah dan emisi yang signifikan. Pertanian tebu dan bit dapat menurunkan kualitas lahan serta mengurangi kelangsungan pertanian jangka panjang.

Ilustrasi gula (Unsplash)

9. Makanan Ultra Proses

Banyak makanan olahan, termasuk makanan ringan, makanan siap saji, dan soda, memiliki jejak ekologis yang luas. Sebab bahan, kemasan, dan transportasinya. Proses produksi sering kali melibatkan konsumsi energi, penggunaan air, dan emisi yang tinggi. Selain itu, sampah kemasan berkontribusi terhadap masalah polusi dan pembuangan sampah.

10. Air mineral

Produksi dan konsumsi air mineral secara signifikan membahayakan lingkungan. Ekstraksi air menghabiskan akuifer alami, dan sering kali mengganggu ekosistem lokal. Selain itu, proses pembotolan sangat bergantung pada plastik, sehingga berkontribusi terhadap polusi dan limbah TPA. Mengangkut air kemasan juga menghasilkan emisi karbon yang besar. Memasak menggunakan air keran dan menggunakan botol minum dapat membantu mengurangi dampak lingkungan.

11. Ikan salmon

Salmon berdampak negatif terhadap lingkungan melalui perusakan habitat dan polusi. Operasi budidaya perikanan yang intensif seringkali menyebabkan kontaminasi air dari limbah ikan dan bahan kimia. Selain itu, populasi salmon liar terancam oleh penyebaran penyakit dan parasit dari ikan budidaya. Penangkapan ikan yang berlebihan untuk dijadikan pakan juga akan memusnahkan spesies laut lainnya, sehingga mengganggu ekosistem laut. Memilih salmon yang bersumber secara lestari dapat mengurangi dampak lingkungan ini.

12. Minyak sawit

Minyak sawit banyak ditemukan pada makanan olahan, mulai dari makanan ringan hingga margarin. Produksinya merupakan penyebab utama deforestasi di wilayah tropis, khususnya di Indonesia dan Malaysia. Deforestasi ini mengancam satwa liar, termasuk spesies langka seperti orangutan, dan berkontribusi terhadap emisi karbon yang signifikan.