Australia Desak China Transparan Soal Bantuan ke Kepulauan Pasifik

ERA.id - Australia mendesak China untuk lebih transparan dalam memberikan bantuan ke Kepulauan Pasifik. Desakan ini menyusul bantuan yang diberikan China pada Rabu (7/8).

Menteri Pasifik Australia Pat Conroy mengatakan peluang ekonomi baru bagi negara-negara Kepulauan Pasifik tidak boleh disertai dengan paksaan dan campur tangan.

"Kami ingin melihat kawasan tempat negara-negara dapat menjalankan kedaulatan, bebas dari paksaan, dan sesuai dengan hukum internasional," katanya, dikutip AFP, Rabu (7/8/2024).

"Kami menginginkan kawasan yang damai dan stabil," imbuhnya menjelang pertemuan puncak Kepulauan Pasifik di Tonga akhir bulan ini.

Conroy kemudian menekankan agar China lebih transparan dalam memberikan bantuan dan menjadikan proyek infrastruktur sebagai peluang Pasifik dalam meningkatkan lapangan pekerjaan.

"China harus lebih transparan dalam memberikan bantuan, dan harus memperlakukan proyek infrastruktur sebagai peluang bagi Pasifik untuk meningkatkan lapangan kerja, keterampilan, dan pengadaan lokal," jelasnya.

Di Pasifik Selatan, Canberra dan Washington telah terdorong untuk memperkuat hubungan mereka dengan negara-negara kepulauan sejak Beijing menandatangani kesepakatan keamanan rahasia dengan Kepulauan Solomon pada tahun 2022.

Selama beberapa bulan terakhir, China sudah memulai serangkaian upaya membangun pengaruhnya sendiri, termasuk menyuntikkan 20 juta dolar AS ke dalam anggaran Kepulauan Solomon.

Para pemimpin Kepulauan Solomon dan Vanuatu diundang ke Beijing awal bulan ini untuk bertemu dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping.

Tahun lalu, Amerika Serikat membuka kembali kedutaan besarnya yang telah lama ditutup di Kepulauan Solomon, diikuti dengan pendirian kedutaan besar di Kerajaan Tonga.

Beberapa rute laut penting melintasi Pasifik Selatan yang luas tetapi jarang penduduknya, yang berpotensi menjadi pintu gerbang penting jika titik-titik konflik di Selat Taiwan dan Laut Cina Selatan suatu hari berubah menjadi konflik.

Filipina pada hari Rabu meluncurkan dua hari latihan gabungan laut dan udara dengan Amerika Serikat, Kanada, dan Australia di Laut Cina Selatan.