Jerman Curigai Penyelam Ukraina Pelaku Sabotase Nord Stream, Minta Polandia Tangkap Segera

ERA.id - Pemerintah Jerman meminta bantuan kepada Polandia untuk menangkap seorang instruktur selam asal Ukraina. Permintaan ini lantaran instruktur itu diduga terlibat dalam kasus sabotase pipa gas Nord Stream dua tahun lalu.

Seorang sumber yang tidak disebutkan namanya meyakini penyelam Ukraina itu adalah bagian dari tim yang menanam peledak. Namun kantor Kejaksaan Agung Jerman menolak untuk mengomentari laporan tersebut.

"Penyelidik Jerman yakin penyelam Ukraina itu adalah bagian dari tim yang menanam bahan peledak," kata sumber mengutip surat kabar SZ, Rabu (14/8/2024).

Meski demikian, pemerintah Jerman disebut sudah menyerahkan surat perintah penangkapan Eropa kepada Polandia pada bulan Juni lalu. Sayangnya Kementerian Dalam Negeri Jerman dan Kementerian Kehakiman belum menanggapi kabar tersebut.

Jaringan pipa Nord Stream 1 dan 2 bernilai miliaran dolar yang mengangkut gas di bawah Laut Baltik pecah oleh serangkaian ledakan pada bulan September 2022, tujuh bulan setelah Rusia melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina.

Seorang pria dan wanita yang juga instruktur selam Ukraina diidentifikasi dalam penyelidikan Jerman atas sabotase tersebut. Namun sejauh ini belum ada surat perintah penangkapan yang dikeluarkan untuk mereka.

Ledakan tersebut menghancurkan tiga dari empat jaringan pipa Nord Stream, yang telah menjadi simbol kontroversial ketergantungan Jerman pada gas Rusia setelah invasi Moskow ke Ukraina.

Pihak Rusia menyalahkan Amerika Serikat, Inggris, dan Ukraina atas ledakan tersebut, yang sebagian besar memutus pasokan gas Rusia dari pasar Eropa yang menguntungkan. Negara-negara tersebut telah membantah terlibat.

Jerman, Denmark, dan Swedia semuanya membuka penyelidikan atas insiden tersebut, dan Swedia menemukan jejak bahan peledak pada beberapa benda yang ditemukan dari lokasi ledakan, yang mengonfirmasi bahwa ledakan tersebut merupakan tindakan yang disengaja.

Sayangnya penyelidikan Swedia dan Denmark ditutup pada bulan Februari ini tanpa mengidentifikasi satu pun tersangka.

Pada bulan Januari 2023, Jerman menyerbu sebuah kapal yang dicurigai digunakan untuk mengangkut bahan peledak dan mengatakan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa bahwa mereka yakin penyelam terlatih dapat memasang perangkat pada jaringan pipa pada kedalaman sekitar 70 hingga 80 meter.