Sekjen PDIP Hasto Ungkap Alasan KPK Panggil Dirinya Sebagai Saksi Terkait Kasus Korupsi DJKA
ERA.id - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto mengungkap alasan dirinya dipanggil oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai saksi dalam kasus rasuah di Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Dia menyebut, pemanggilan ini berkaitan dengan jabatannya sebagai Sekretaris Tim Pemenangan pasangan calon Joko Widodo-Ma'ruf Amin pada Pilpres 2019 silam.
Hasto mengatakan, saat masa kampanye, terdapat lokasi yang disebut sebagai Rumah Aspirasi. Operasional tempat ini dilakukan bantuan dana gotong royong. Namun, salah satu pihak yang memberikan bantuan itu ternyata telah ditetapkan sebagai tersangka.
"Berdasarkan informasi dari Saudara Adi Darmo, beliau ini Kepala Sekretariat Kantor Pemenangan Jokowi-KH Ma'ruf Amin pada pemilu tahun 2019. Nah, saat itu ada Rumah Aspirasi, yang berdasarkan informasi dari ketua tim kampanye saat itu, ya operasionalisasinya dengan gotong royong, dan kemudian ada pihak yang membantu," kata Hasto kepada wartawan di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan, Kamis (15/8/2024).
"Dan kemudian ternyata ada indikasi, ada dugaan bahwa yang membantu itu di kemudian hari itu menjadi tersangka," sambungnya.
Hasto mengungkapkan, di handphone milik tersangka itu, terdapat nomor ponsel pribadinya.
"Didalam handphone-nya ada nomor telepon saya yang dikirim oleh saudara Adhi Darmo. Nah, sehingga dari hal tersebut saya dimintai keterangan," jelas dia.
Meski demikian, Hasto tak memerinci identitas pihak tersangka yang dimaksud. Dia pun mengaku tidak mengenal sosok itu.
Hasto juga menegaskan, dirinya tidak terlibat sama sekali dengan kasus ini. Dia pun mengklaim tidak mengetahui nominal dana yang diberikan oleh tersangka tersebut.
"Ya saya tidak ingat karena seluruh pengelolaan terhadap sumbangan itu kan ranah bendahara dan di situ lah kemudian disampaikan. Tetapi ya banyak sih informasi terkait Sekretaris Tim Pemenangan. Ya itu nanti yang semuanya kami pertanggungjawabkan sebaik-baiknya," tegas Hasto.
Disisi lain, Hasto membenarkan bahwa ia berprofesi sebagai konsultan. Namun, ia membantah pekerjaannya itu berkaitan dengan kereta api. Dia menjelaskan, jasa yang dia tawarkan, yakni merancang pabrik
"Sekjen ini kan tugas pengabdian, sehingga profesi yang sebenarnya konsultan. Tapi saya enggak ada kaitannya dengan konsultan kereta api, disebut konsultan saya tentang proses engineering, tentang project managament," jelas Hasto.
"Saya ini (lulusan) teknik kimia, punya kemampuan merancang pabrik, pabrik amonia, pabrik urea, utilitas, oil and gas, sehingga saya menjadi konsultan di situ," imbuh dia.