PM Australia Kecam Seruan Oposisi Soal Larangan Visa Palestina, Sebut Bisa Picu Ketakutan
ERA.id - Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menolak seruan oposisi untuk melarang warga Palestina yang melarikan diri dari Gaza memasuki Australia. Albanese menekankan tindakan itu bisa menimbulkan ketakutan.
"Apa yang dilakukan Peter Dutton? Dia tidak berbicara tentang masalah-masalah yang menjadi perhatian rakyat Australia, yang dia lakukan adalah mencoba memicu ketakutan," kata Albanese, dilansir News7, Senin (19/8/2024).
"Faktanya adalah bahwa saat ini perbatasan memang ditutup, tentu saja, melalui penyeberangan Rafah," tambahnya.
Berdasarkan data dari Departemen Dalam Negeri Australia, sejauh ini sudah menerbitkan visa sebanyak 2.922 untuk warga Palestina yang melarikan diri telah disetujui, dengan 1.300 di antaranya telah tiba dengan selamat di Australia.
Sedangkan, data tersebut juga menunjukkan bahwa 7.100 visa dari wilayah Palestina telah ditolak.
Seruan penolakan dari oposisi ini berawal dari pernyataan Peter Dutton, yang mengulangi seruan untuk melarang pemberian visa hingga proses penyaringan keamanan bisa dijamin.
"Kita tidak bisa memastikan siapa mereka, kecuali pemeriksaan latar belakang yang menyeluruh dilakukan," katanya saat itu.
Komentar Dutton telah menuai kritik dari Partai Buruh, Partai Hijau, beberapa anggota parlemen independen, dan kelompok-kelompok Palestina.
Perundingan gencatan senjata berlangsung selama dua hari di Doha, Qatar, yang dimediasi oleh Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat. Hamas dan faksi Palestina lainnya menolak untuk membicarakan perundiangan baru dan berpacu pada kesepakatan awal yang sebelumnya sudah disetujui.
Sementara Israel mengajukan syarat baru yang berprinsip pada 27 Mei, dimana Israel mempertahankan kendali atas koridoe Philadelphia dan penyeberangan Rafah di perbatasan Gaza-Mesir.
Biden mengatakan pada bulan Mei bahwa Israel mengajukan kesepakatan tiga fase yang akan mengakhiri permusuhan di Gaza dan mengamankan pembebasan sandera yang ditawan di daerah kantong pantai tersebut. Rencana tersebut mencakup gencatan senjata, pertukaran sandera-tahanan, dan rekonstruksi Gaza.
Putaran pembicaraan terakhir berakhir di ibu kota Qatar, Doha, pada hari Jumat tanpa terobosan, tetapi AS mengajukan proposal baru yang dibangun di atas area kesepakatan dan menjembatani kesenjangan yang tersisa dengan cara yang memungkinkan implementasi cepat dari kesepakatan tersebut.