Jadi Target Pembunuhan Dua Kali, Donald Trump Salahkan Joe Biden dan Kamala Harris: Mereka Menghancurkan Negara

ERA.id - Calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump, kembali menjadi target pembunuhan. Trump menyalahkan presiden AS, Joe Biden, dan wakilnya, Kamala Harris atas insiden tersebut.

Berbicara setelah upaya pembunuhan yang dilakukan oleh Ryan Routh, Trump mengatakan bahwa dia mendengar suara tembakan peringatan sebanyak lima kali ketika sedang bermain golf di Florida. Trump yang menyadari ada sesuatu yang tidak wajar langsung diamankan oleh Secret Service.

"Tiba-tiba kami mendengar tembakan dilepaskan ke udara. Saya kira mungkin empat atau lima," kata Trump, dikutip Reuters, Selasa (17/9/2024).

"Secret Service langsung tahu itu peluru, dan mereka mengamankan saya. Kami naik mobil dan bergerak cukup, cukup baik. Saya bersama seorang agen, dan agen itu melakukan pekerjaan yang fantastis," imbuhnya menambahkan.

Insiden percobaan pembunuhan ini terjadi ketika Trump berkunjung ke lapangan golf miliknya di West Palm Beach, Florida. Pelaku, Ryan Rough, bersembunyi di semak-semak dengan senapannya.

Secret Service yang menyadari senjata api muncul dari semak-semak langsung mengeluarkan tembakan peringatan. Rough yang berdiam sambil memantau Trump tidak melepaskan tembakan apa pun yang membahayakan nyawa mantan presiden AS itu.

"Kami memang membutuhkan lebih banyak orang untuk mengawal saya," tegas Trump. 

Berdasarkan laporan, pria bersenjata itu melarikan diri dengan kendaraan sport. Petugas menemukan senapan serbu berisi peluru dengan teropong, kamera digital, dan kantong plastik berisi makanan tertinggal.  

Ryan Routh, 58 tahun, ditangkap sekitar 40 menit kemudian saat berkendara ke utara di Interstate 95. Plat nomor kendaraannya dilaporkan telah dicuri dari mobil lain. 

Dari catatan yang ditemukan menunjukkan bahwa telepon yang terkait dengan Routh ditemukan di lapangan golf mulai pukul 1.59 dini hari pada hari Minggu pagi, sebelas setengah jam sebelum insiden.  

Routh sendiri menjadi incaran oleh FBI tahun 2019, yang menuduhnya sebagai penjahat yang dihukum karena memiliki senjata api secara ilegal.

Pada tahun 2002, Routh mengaku bersalah di North Carolina atas kepemilikan senjata otomatis penuh yang tidak terdaftar, yang didefinisikan dalam hukum negara bagian sebagai senjata pemusnah massal, menurut kantor kejaksaan distrik daerah, dan dijatuhi hukuman percobaan. Ia juga dihukum karena memiliki barang curian pada tahun 2010.

Lebih lanjut, Trump menyalahkan Presiden Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris, kandidat presiden dari Partai Demokrat, atas upaya pembunuhan tersebut. Ia mengklaim tersangka penembak itu bertindak berdasarkan bahasa yang sangat menghasut dari Partai Demokrat, meskipun pihak berwenang belum memberikan bukti motif apa pun. 

"Retorika mereka membuat saya tertembak, padahal saya adalah orang yang akan menyelamatkan negara, dan mereka adalah orang-orang yang menghancurkan negara, baik dari dalam maupun luar," pungkasnya