Farhan-Erwin Unggul Pilkada Bandung Versi Hitung Cepat, Tanda PKS Kehilangan Pengaruh?

ERA.id - Dominasi PKS dan Partai Gerindra di Pilwalkot Bandung kini sirna seiring hasil hitung cepat atau quick count dari lembaga survei Charta Politika Indonesia.

Merujuk pada hasil quick count itu, pasangan calon (paslon) yang diusung oleh Partai NasDem dan PKB, Farhan-Erwin menduduki posisi pertama.

Pasangan yang identik dengan atribut hansip itu mendapatkan suara 44,31 persen dari 100 persen suara yang masuk hingga pukul 10.20 WIB, Kamis (28/11/2024).

Sedangkan, posisi kedua ditempati paslon yang diusung oleh PKS dan Partai, Haru Suandharu-Dhani Wirianata dengan suara 36,82 persen. Kemudian, di posisi ketiga ada paslon yang diusung Partai Golkar dan PSI, Arfi Rafnialdi-Yena Iskandar Ma'soem dengan11,61 persen.

Lalu paslon yang diusung PDI Perjuangan dan Partai Demokrat, Dandan Riza Wardana-Arif Wijaya berada di posisi keempat dengan suara 7,25 persen.

Berdasarkan hasil quick count tersebut, koalisi PKS dan Partai Gerindra tunduk dari koalisi Partai NasDem dan PKB. Padahal di dua Pilwalkot Bandung sebelumnya, koalisi PKS dan Partai Gerindra berhasil menang.

Pada Pilwalkot Bandung 2013, koalisi PKS dan Partai Gerindra yang saat itu mengusung Ridwan Kamil dan Oded M. Danial berhasil menundukkan tujuh kandidat lainnya dengan raihan suara yang cukup jauh yaitu, 45,24 persen.

Selanjutnya, di Pilwalkot Bandung 2018, koalisi PKS dan Partai Gerindra kembali menjadi kampiun. Saat itu, Oded M. Danial bersama Yana Mulyana mendapat suara 50,1 persen.

Sedangkan, paslon Nurul Arifin-Chairul Yaqin hanya mendapat suara 23,8 persen, dan paslon Yossi Irianto-Aries Supriatna memperoleh 26,1 persen.

Namun, dominasi koalisi PKS dan Partai Gerindra selama satu dekade lalu, kini tidak terulang di Pilwalkot Bandung 2024. Koalisi PKS dan Partai Gerindra harus tunduk oleh duo hansip, M. Farhan-Erwin, walaupun hanya berdasarkan quick count.

Figur kurang dikenal masyarakat

Pengamat Politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Muradi menjelaskan, kehadiran Dhani Wirianata untuk mendampingi Haru Suandharu tidak memberikan efek kejut. Alhasil, masyarakat Kota Bandung lebih memilih figur yang mereka kenal.

"Dalam kondisi normal ini akan lebih memilih yang mereka kenal. Otomatis harus jadi bahan evaluasi, karena posisi dari calon internal ini. Sementara pemilih memilih bukan karena partai politik," kata Muradi.

Ia menilai titel yang diemban oleh Dhani Wirianata sebagai mantan asisten dari Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto tidak menjadi garansi untuk mendongkrak suara. Sedangkan, dari sisi mesin PKS juga tidak bekerja secara efektif di Pilwalkot Bandung 2024.

"Kader terbaik Gerindra di Bandung siapa? Bukan Dhani, kenapa enggak kader seperti Toni Wijaya. Jadi bukan Dhani yang masih muda, ya walaupun bekas asisten Pak Prabowo. Sementara PKS tidak bekerja efektif di Kota Bandung," ujarnya.

Menurut Muradi, koalisi PKS dan Partai Gerindra ini harus mengevaluasi secara menyeluruh sesuai real count. Hal itu berguna untuk konsolidasi di Pilwakot Bandung selanjutnya karena PKS sudah menjadi bagian dari Koalisi Indonesia Maju.

"Publik tidak lagi mengenal PKS sebagai partai militan. Efek negatif kuat, karena karakter dari PKS itu sama kuat kayak PDI Perjuangan, melawannya kuat," tuturnya.