Keluar Cairan Oranye atau Pink Saat Keputihan? Ini Penyebabnya

ERA.id - Keputihan biasa dialami perempuan. Dilansir dari Aicare, cairan yang keluar dari vagina adalah proses alami dan normal. Rahim, mulut rahim (serviks), dan vagina normalnya memang mengeluarkan cairan, yang terutama terdiri dari sel dan bakteri. 

Biasanya, cairan atau lendir yang keluar dari saluran reproduksi perempuan yang sedang keputihan berwarna bening, putih, putih pucat, atau sedikit kuning dengan konsistensi yang bervariasi.

Namun, ada kalanya cairan berwarna tidak biasa, seperti merah muda atau oranye.

Mengutip dari siaran Popsugar, dokter kandungan dan ginekologi bersertifikat​​​​​​ Renita F. White menyampaikan bahwa cairan keputihan berwarna oranye biasanya tidak normal, walaupun mungkin tidak perlu dikhawatirkan.

"Meskipun mungkin tidak perlu dikhawatirkan, sebaiknya memeriksakan diri ke dokter untuk mengetahui apa yang mungkin terjadi," kata advokat kesehatan perempuan dan anggota Pulse Panel The Honey Pot itu, dikutip Selasa (3/12/2024).

Dia menyampaikan beberapa penyebab paling umum cairan keputihan berwarna oranye, yaitu infeksi vagina, implantasi, dan pendarahan yang tidak teratur.

"Keluarnya cairan berwarna oranye mungkin merupakan tanda infeksi vagina," kata dokter White.

Menurut dia, infeksi vagina yang terkait dengan keluarnya cairan berwarna oranye meliputi infeksi trikomoniasis dan vaginosis bakterial (BV).

BV cenderung menyebabkan bau "amis" yang khas, gatal, dan rasa terbakar saat buang air kecil, sedangkan trikomoniasis dapat menyebabkan nyeri saat buang air kecil atau berhubungan intim, kemerahan pada alat kelamin, rasa terbakar, dan gatal.

Keputihan berwarna oranye dapat pula disebabkan oleh pendarahan implantasi, bercak yang dapat terjadi saat sel telur yang telah dibuahi menempel pada rahim, biasanya dalam 10 hingga 14 hari setelah ovulasi.

Pendarahan ringan ini biasanya berwarna merah muda atau cokelat, tetapi bisa juga tampak agak jingga. Keputihan berwarna jingga yang disebabkan oleh pendarahan implantasi biasanya tidak berbau kuat atau busuk.

Dokter White menyampaikan bahwa pendarahan menstruasi yang tidak teratur serta infeksi gonore, klamidia, atau trikomoniasis juga bisa menyebabkan cairan keputihan berwarna oranye.

Keputihan berwarna oranye yang datang setelah menstruasi selama lebih dari satu siklus, kemungkinan terjadi karena darah dari akhir siklus menstruasi bercampur dengan keputihan biasa sehingga menghasilkan warna yang berbeda.

Jika yakin keputihan disebabkan oleh pendarahan menstruasi yang tidak teratur, tetapi tidak yakin apa penyebabnya, maka sebaiknya perempuan memperhatikan gejala tidak biasa lain yang muncul, seperti bau tidak sedap, nyeri tiba-tiba, atau iritasi.

Penanganan keputihan berwarna oranye pun berbeda-beda, tergantung dari apa penyebabnya.

Apabila terjadi akibat infeksi bakteri, umumnya diatasi menggunakan antibiotik. Kalau penyebabnya infeksi jamur, obat antijamur dapat digunakan untuk mengatasinya.

"Jika pendarahan tidak teratur adalah penyebabnya, dokter kemungkinan akan melakukan evaluasi untuk mengetahui apa yang menyebabkan pendarahan tersebut. Ini akan membantu menentukan pengobatan," kata dokter White.