Bahlil Desak Sri Mulyani Tambah Anggaran Bangun Pipa Gas: Kalau Ditolak, Maka Dia Tidak Setuju Kedaulatan Energi
ERA.id - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia mengungkapkan, sempat mendesak Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani untuk menambah anggaran kementeriannya. Tambahan itu diklaim untuk membangun pipa gas di Jawa dan Sumatera.
Hal itu disampaikan saat membuka Bimtek Legislator Fraksi Golkar di kawasan Gajah Mada, Jakarta, Rabu (11/12/2024).
Awalnya, dia mengungkapkan bahwa sumber daya gas di Jawa Timur mengalami surplus. Namun, hasilnya tak bisa didistribusikan ke Jawa Barat karena tidak adanya pipa jaringan gas.
"Andaikan pun ada, itu sedikit di kawasan industri di Batang, waktu kami dirikan di tahun 2021, itu kawasan industrinya bagus, tapi jaringan pipanya enggak masuk," kata Bahlil.
Berkaca dari itu, dia pun mendesak agar Kementerian Keuangan bisa menambahkan anggaran. Kepada Sri Mulyani, Bahlil sempat menyampaikan jika permintaannya ditolak maka sama saja tidak setuju dengan program Presiden Prabowo Subianto untuk mewujudkan kedaulatan energi.
Dia mengaku permintaannya tak langsung dikabulkan, sebab Sri Mulyani terkenal sangat rinci menghitung anggaran negara.
"Kemarin kita berjuang kepada menteri keuangan yang berhitungnya minta ampun. Saya katakan kepada ibu menteri, 'hari ini menteri siapa yang tidak setuju untuk membangun pipa tentang gas, maka dia adalah menteri yang tidak setuju untuk kedaulatan energi', begitu aja kita buat," kata Bahlil.
Belakangan, desakannya itu dikabulkan oleh Sri Mulyani. Sehingga di tahun 2027, Kementerian ESDM bisa mulai membangun pipa gas lingkar Jawa dan Sumatera.
"Alhamdulillah kemarin dia sudah setuju untuk menyetujui anggaran ESDM untuk kita bangun pipa lingkar Jawa dan Sumatera agar 2027 jaringan gas kita bisa jalan dengan pipa yang dibangun oleh negara," imbuhnya.
Ketua Umum Partai Golkar itu mengatakan, banyak importir yang tak suka jika pemerintah membangun industri LPG. Sebab akan merugikan pihak importir.
Namun, kedepannya dia berencana untuk memgurangi bahkan menghentikan impor gas. Sebagai gantinya, menghidupakan industri LPG dengan membangun jaringan pipa.
"Saya tahu ini bermain dengan sedikit ngeri-ngeri sedap. Tapi saya harus mengatakan bahwa ini kita harus hentikan cara-cara ini. Kita menyetop, mengurangi impor LPG dengan membangun industri LPG dalam negeri dan kita membuat jaringan gas. Jargas, di Jawa Timur, Jawa Tengah Jawa Barat, DIY, Banten, dan sebagian Sumatera akan menjadi proyek percontohan untuk kita membangun jaringan gas," ujarnya.