Pemimpin G7 Dukung Kemerdekaan Suriah, Pantau Ketat Keselamatan Rakyat
ERA.id - Para pemimpin G7 sepakat untuk menghormati integritas teritorial, kemerdekaan, dan kedaulatan Suriah selama proses transisi. Para pemimpin juga mengingatkan pentingnya keselamatan rakyat Suriah.
Selama pertemuan virtual, para pemimpin Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, AS, dan UE membahas situasi terkini di Suriah setelah jatuhnya rezim Bashar Assad.
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengatakan bahwa jatuhnya rezim brutal Assad harus disambut baik, seraya mengingatkan kehati-hatian tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Prioritasnya adalah keselamatan rakyat Suriah sambil mendukung transisi politik yang mengarah pada pemerintahan yang kredibel, inklusif, dan non-sektarian atas nama semua warga Suriah," kata pernyataan dari kantor Starmer, dikutip Anadolu, Sabtu (14/12/2024).
Selama pertemuan itu, semua pemimpin sepakat bahwa integritas teritorial, kemerdekaan, dan kedaulatan Suriah harus dihormati selama proses transisi dan di masa mendatang.
Pernyataan ini muncul di tengah perebutan zona penyangga di wilayah Suriah oleh Israel.
Setelah jatuhnya rezim Assad pada 8 Desember, tentara Israel merebut zona penyangga di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Suriah. Perebutan ini tak lama setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan runtuhnya perjanjian pelepasan yang dipantau PBB dengan Damaskus.
Tentara Israel melancarkan ratusan serangan udara terhadap pangkalan militer, stasiun pertahanan udara, dan markas intelijen, serta depot rudal jarak jauh dan pendek serta persediaan senjata nonkonvensional di seluruh Suriah.
Antonio Costa, presiden Dewan Eropa, mengatakan akan fokus pada dukungan transisi damai di Suriah dan memastikan kebebasan beragama serta perlindungan rakyat.
"Kami menyatakan komitmen kami kepada rakyat Suriah dan akan fokus pada dukungan transisi damai dan memastikan integritas teritorial, kebebasan beragama, dan perlindungan terhadap kaum minoritas," katanya.
Bashar al-Assad, pemimpin Suriah selama hampir 25 tahun, melarikan diri ke Rusia setelah kelompok anti-rezim menguasai Damaskus, mengakhiri rezim Partai Baath, yang telah berkuasa di Suriah sejak 1963.