Raja Yordania Tolak Warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat Dipindahkan dari Rumah Mereka

ERA.id - Raja Yordania Abdullah II menolak segala upaya untuk memindahkan warga Palestina dari Jalur Gaza dan wilayah pendudukan Tepi Barat.
Dalam pertemuan dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Istana Al-Husseiniya di Amman, Rabu (5/2/2025), Raja Abdullah juga meminta agar perluasan permukiman Yahudi di wilayah pendudukan dihentikan.
Pertemuan itu berlangsung sehari setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencananya untuk "mengambil alih" Gaza dan merelokasi warga Palestina ke tempat lain, yang kemudian menuai berbagai kecaman.
Dikutip dari Anadolu, Abdullah menegaskan pentingnya mewujudkan perdamaian berdasarkan Solusi Dua Negara, yang mengacu pada pembentukan negara Palestina merdeka menurut (perjanjian) perbatasan 4 Juni 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Dia menegaskan dukungan penuh Yordania pada rakyat Palestina dalam perjuangan untuk mendapatkan hak-hak sah mereka.
"Perlu menghentikan semua aktivitas permukiman dan menolak segala upaya aneksasi wilayah atau pemindahan paksa warga Palestina dari Gaza dan Tepi Barat," tulis pernyataan Abdullah.
Dia pun menyerukan kelanjutan gencatan senjata di Gaza dan peningkatan upaya internasional untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan dan memastikan distribusinya ke seluruh wilayah di Jalur Gaza.
Sementara itu, Abbas memuji dukungan Yordania terhadap perjuangan Palestina dan upaya berkelanjutan Yordania memfasilitasi aliran bantuan kemanusiaan ke Gaza dan meringankan penderitaan rakyat Palestina di tengah kondisi kemanusiaan yang memburuk.
Trump pertama kali menyulut kemarahan pada 25 Januari dengan usulannya agar warga Palestina di Gaza, yang disebutnya sebagai "lokasi penghancuran" akibat agresi Israel, dipindahkan ke Yordania dan Mesir.
Namun, usulan itu mendapat tentangan keras dari kedua negara tetangga Palestina itu.