China Tuduh AS Sengaja Pakai Isu Fentanil Soal Penambahan Tarif, Jubir Lin: Ancaman Bukan Solusi

ERA.id - Pemerintah China menuduh Amerika Serikat menggunakan alasan fentanil untuk mengenakan tarif tambahan terhadap barang-barang dari Tiongkok. Isu fentanil itu digunakan AS guna menekan China.

"AS sekali lagi menggunakan isu fentanil sebagai dalih untuk mengancam Tiongkok dengan tarif tambahan atas ekspornya ke AS," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian, dikutip Antara, Sabtu (1/3/2025). 

Terkait isu fentanil itu, pemerintah China secara tegas menolaknya. China juga berjanji akan melakukan apa pun untuk membela kepantingan negaranya.

"China menyesalkan dan menentang langkah ini dan akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk membela kepentingan China yang sah," tegasnya.

Sebelumnya dalam unggahan di Truth Social milik Presiden AS Donald Trump dikatakan bahwa penerapan tarif 25 persen untuk barang-barang Meksiko dan Kanada akan mulai berlaku pada 4 Maret 2025, bersamaan dengan tambahan tarif 10 persen untuk impor barang China karena masih beredarnya fentanil di AS. 

Dengan tambahan tarif terhadap China tersebut, maka total tarif yang akan dikenakan ke barang-barang asal China menjadi 20 persen setelah pada awal Februari pemerintahan Trump sudah mengenakan tarif impor 10 persen. 

Keputusan itu dilakukan Trump karena ia merasa tindakan yang diambil oleh Meksiko dan Kanada untuk mengatasi aliran fentanil ke AS belum cukup. Trump pun mengatakan bahwa sebagian besar narkoba itu dibuat di China. 

"Kenaikan tarif sepihak oleh AS sangat melanggar aturan WTO, dan merugikan kepentingan kedua negara dan dunia. China adalah salah satu negara paling ketat di dunia dalam hal pemberantasan narkoba baik dari segi kebijakan maupun implementasinya," ujar Lin Jian. 

Lin Jian menyebut isu fentanil adalah masalah AS sendiri dan bahkan China sudah memberikan dukungan kepada AS dalam isu fentanil atas dasar semangat kemanusiaan. 

"Atas permintaan AS, China mengumumkan pada 2019 untuk secara resmi memasukkan zat-zat terkait fentanil sebagai suatu kelompok zat terlarang. Kami adalah negara pertama di dunia yang melakukannya. China juga telah melakukan kerja sama antinarkotika dengan AS secara luas dan mendalam," tegas Lin Jian.

Masalah fentanil, kta Lin Jian, hanyalah alasan yang digunakan AS untuk mengenakan tarif, menekan, memeras China dan ingin menghukum China meski China membantu AS.

"Hal ini tidak akan menyelesaikan masalah mereka dan bahkan akan kontraproduktif dan akan memberikan pukulan berat bagi dialog dan kerja sama dengan China di bidang dalam antinarkotika. Tekanan, paksaan, dan ancaman bukanlah cara yang tepat untuk menghadapi China," kata Lin Jian. 

China, ungkap Lin Jian, mendesak AS untuk memperbaiki kesalahannya dan kembali ke jalur yang benar dalam menangani masalah masing-masing melalui konsultasi yang saling menghormati. 

"Kami berharap AS akan sungguh-sungguh melaksanakan kesepahaman bersama yang dicapai oleh kedua kepala negara dalam percakapan telepon mereka dan bekerja sama dengan China menuju arah yang sama," ujarnya. 

Di sisi lain, terkait pengenaan tarif karena alasan peredaran Fentanil tersebut, Kanada telah membentuk sebuah badan khusus pemberantasan fentanil dan bahkan menginvestasikan lebih dari satu miliar dolar Kanada untuk meningkatkan keamanan perbatasan.

Sementara Meksiko sudah menempatkan 10.000 anggota Pasukan Garda Nasional di perbatasannya dengan Amerika Serikat. 

Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum dan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau sebelumnya mengatakan mereka akan mengenakan tarif balasan kepada AS jika Gedung Putih meneruskan rencananya. 

Meksiko, Kanada dan China diketahui sebagai tiga mitra dagang utama AS, yang menyumbang lebih dari 40 persen impor ke AS tahun lalu.