Pembantaian Dukun Santet, Film Horor Berlatar Sejarah Kelam 1998 Tayang di Bioskop
ERA.id - Pembantaian Dukun Santet, sebuah peristiwa berdarah lebih dari 20 tahun silam diangkat ke layar lebar dan mulai tayang pada 8 Mei 2025. Meski film produksi PicHouse dan MD Pictures ini bergenre horor, tetapi sutradara Azhar Kinoi Lubis mengangkat beberapa hal terkait tragedi pembunuhan dukun santet medio 1998-1999, mulai dari fitnah kepada tokoh agama hingga sosok “ninja” yang meneror masyarakat Jawa kala itu.
Pembantaian Dukun Santet yang juga dikenal sebagai Pembantaian Banyuwangi 1998 terjadi antara Februari 1998 hingga Oktober 1999. Jumlah korban jiwa diperkirakan mencapai 200-an. Mereka dituduh sebagai dukun santet, diburu, dan dibunuh dengan kejam secara sistematis oleh sosok-sosok yang dijuluki “ninja”.
Media massa pada saat itu menggambarkan para pemburu dukun santet dengan ciri khas yang sama: terlatih, bergerak cepat, berbusana serba hitam, memakai topeng atau penutup kepala, bahkan bisa menghilang. Surat kabar Memorandum mengawali term “ninja” dalam pemberitaan mereka—istilah yang kemudian menjadi populer dipakai berbagai media.
Namun, ninja-ninja yang beraksi sekitar 25 tahun silam itu bukan aktor sebenarnya di balik Pembantaian Dukun Santet. K.H. Abdurahman Hasan, Ketua PCNU Banyuwangi kala itu, menyebut mereka belum mewakili ninja sesungguhnya.
“Mereka hanya pion-pion kecil yang digerakkan oleh skenario besar,” ungkapnya seperti dalam buku Geger Santet Banyuwangi.
Lantas, siapa dalang di balik kerusuhan dan konflik horizontal yang mengorbankan ratusan nyawa tersebut? Hingga kini, semuanya masih misterius.
Dulu, mantan presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur menyebut kerusuhan di tahun 90-an sebagai “Operasi Naga Hijau”, yaitu operasi yang dilancarkan untuk menyulut kerusuhan di akar rumput. Dalam konteks politik masa itu, warna hijau mengacu kepada militer.
Gus Dur termasuk salah satu yang lantang bersuara melawan kerusuhan tersebut. Bukan tanpa alasan, waktu itu dia masih menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), ormas Islam terbesar di Indonesia. Dia juga menjadi figur yang dianggap sebagai penentang rezim Presiden Soeharto.
Ketika pemburuan dukun santet pecah di Banyuwangi pada Februari 1998, lalu merambat ke berbagai daerah di Jawa Timur, sasaran pembantaian lama-lama menyeret tokoh-tokoh agama atau para kiai kampung. Banyak korban terafiliasi dengan ormas NU.
Gara-gara itu, Pengurus Wilayah NU (PWNU) Jawa Timur membentuk tim investigasi khusus. Berbulan-bulan mereka melakukan penyelidikan untuk mengungkap pembantaian yang menimpa guru ngaji mereka.
Menurut laporan mereka, korban tewas setidaknya 253 orang, tersebar di berbagai desa dari tujuh kabupaten di Jawa Timur, mulai dari Banyuwangi, Jember, Situbondo, Bondowoso, Pasuruan, Pamekasan, dan Sampang. Ada yang dipukuli, digantung, dicekik dengan tali, sampai dibakar bersama rumahnya.
Tim investigasi itu juga melaporkan adanya dugaan keterlibatan sejumlah aparat dan pejabat dalam pembunuhan berantai tersebut.
Baru pada tahun 2022, Presiden RI ke-7 Joko Widodo membentuk Tim Penyelesaian Non-Yudisial Pelanggaran Hak Asasi Manusia (PPHAM). Setahun kemudian, pada Januari 2023, Jokowi sebagai kepala negara mengakui ada 12 pelanggaran HAM berat di masa lalu, salah satunya Peristiwa Pembunuhan Dukun Santet 1998-1999.
Sinopsis Pembantaian Dukun Santet
Hari ini, seperempat abad pascatragedi tersebut, atmosfer mencekam yang dialami para santri, teror yang menghantui pesantren di pelosok Jawa, ditampilkan dalam film Pembantaian Dukun Santet.
Film Pembantaian Dukun Santet diadaptasi dari kisah nyata yang ditulis dalam thread @jeropoint tahun 2023. Berlatar tahun 1990-an, Pembantaian Dukun Santet menyorot seorang santri bernama Satrio (Kevin Ardilova) yang tinggal dan belajar di sebuah pondok pesantren di Jawa.
Satrio menjadi saksi pembantaian empat gurunya oleh ninja atau sekelompok orang bertopeng dan berpakaian serba hitam. Mereka diceritakan mengincar orang-orang yang dituduh dukun santet.
Teror dan fitnah ini menyebar luas di masyarakat hingga sampai ke penghuni pondok pesantren. Para guru dan santri mulai menjadi korban pembunuhan satu per satu secara misterius.
Dalam situasi yang kian mencekam, Satrio mencoba mencari tahu siapa dalang di balik insiden ini. Dia pun mengetahui sejarah kelam keluarganya yang menyeret seorang dukun santet yang ingin balas dendam.
Poster Pembantaian Dukun Santet menampilkan sosok pocong tanpa kepala yang berdiri di tengah hutan berkabut, dihiasi kaki yang menggantung di pohon dan tulang belulang yang berserakan di tanah.
Diproduseri oleh Manoj Punjabi, film Pembantaian Dukun Santet turut dibintangi sederet aktor berbakat, seperti Kevin Ardilova, Aurora Ribero, Kaneishia Yusuf, Iqbal Sulaiman, Siti Aziizah Chairunnisa, Sasya Anastaysa, Teuku Rifnu Wikana, hingga Ariyo Wahab.