Cerita Sutopo pada Wartawan soal Kankernya

Jakarta, era.id - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, secara tiba-tiba meminta maaf usai membagikan siaran pers terkait bencana banjir di Sulawesi Selatan.

Sutopo merasa penulisan kalimat rilisan berita yang ia bagikan ke sejumlah grup Whatsapp para wartawan tidak sebaik biasanya. Efek kemoterapi pengobatan kanker paru yang ia idap, kata Sutopo. 

"Jalan saya sempoyongan, kaki rasanya tidak nyentuh tanah, pikiran kacau tidak bisa konsentrasi, badan rasanya enggak enak, ngantuk tapi tidak bisa tidur, tangan dan kaki gemetar, mual dan lemas rasanya," kata Sutopo dalam grup wartawan, Jumat (27/1) sore.

"Tapi, demi melayani rekan-rekan media yang menanyakan update banjir di Sulsel tetap saya lakukan mengumpulkan data, menganalis, menulis rilis dan menyebarkan ke ribuan media. Jika ada kesalahan menulis mohon maklum dan dimaafkan ya," tambah dia.

Grup bernama Medkom Bencana - 6 tersebut langsung dibanjiri ucapan terima kasih kepada Sutopo serta ucapan doa untuk kesembuhannya. Enggak ada, tuh yang mengeluhkan tata penulisan Sutopo. Malah, kalau bukan Sutopo yang membagikan informasi bencana di daerah, kita yang berada di Jakarta, mau mencari informasi ke siapa lagi?

Malamnya, Sutopo mencurahkan isi hatinya. Mengenai pekerjaannya, sakitnya, dan para stafnya di BNPB. Ia menuturkan, sudah lama dirinya mengajari stafnya untuk menulis siaran pers dan cepat menganalisis bencana. Tapi, katanya hanya ada tiga staf yang bisa menulis dengan baik, itupun harus diperintah dulu.

"Jadi saya lakukan sendiri. Begitu ada bencana saya langsung mencari data dari berbagai sumber. Saya sering telpon BPBD untuk memastikan bencana itu. Langsung saya analisis dan bikin rilis dalam kondisi apapun. Sakit saya abaikan," tutur dia.

Kanker stadium 4B

Ya, sakit kanker stadium 4B saja sering dia abaikan agar kita bisa dapat informasi terkini seputar bencana. Kamu perlu tahu riwayat penyakitnya ini. Mulanya, ada gejala penyakit batuk dan nyeri dada, yang awalnya ia kira sebagai efek kegemukan ternyata merupakan sinyal dari dalam tubuhnya, bahwa ada sel jahanam yang menggerogoti paru-parunya.

Kala itu, dokter menyampaikan prediksi medis soal usia Sutopo yang hanya akan bertahan dalam waktu paling lama tiga tahun. Tapi, Sutopo menolak tunduk pada penyakitnya.

"Selama usia saya masih ada, saya tetap berusaha melayani masyarakat sesuai dengan tugas saya," tutur Sutopo.

Sejak itu juga, Sutopo mulai menjalani rangkaian pengobatan dan kemoterapi untuk memberangus kanker yang bersemayam di tubuhnya. Tapi, sikap Sutopo sudah jelas sejak awal, bahwa kanker enggak boleh membuatnya lalai dari tanggung jawab menginformasikan kebencanaan kepada masyarakat luas. 

"Pernah satu minggu saya tidak mengeluarkan rilis. Ya selama satu minggu itu tidak ada banyak media yang memuat penanganan bencana karena tidak ada informasi yang saya sampaikan," ungkapnya.

Baca Juga : Sutopo Sang Guru Selamat

Karena Sutopo paham betul, memang dialah orangnya, sumber informasi kebencanaan kepada media, masyarakat, dan publik.

"Coba dipikirkan, apakah teman-teman media akan mendapatkan informasi bencana dan penanganannya yang cepat dan update jika saya tidak melakukan semua ini?" tanyanya.

Maka, selaku jubir BNPB bertanggung jawab untuk selalu menyampaikan update bencana, sakitpun ia lawan. Jika masih dimungkinkan, ia akan mengadakan konfetensi pers di kantornya, memaparkan informasi terkini seputar bencana. Jika kesehatannya melemah atau harus menjalani pengobatan di rumah sakit, ia usshakan mengirim siaran pers dari grup wartawan.

"Insyaallah saya sehat dan sembuh sehingga saya bisa bekerja dengan lebih baik. Doa dan perhatian teman-teman media ke saya luar biasa. Saya terima kasih banyak dibantu," tutupnya.

Tag: sutopo purwo nugroho