Viral Murid SMP 1 Blora Dikeroyok di Toilet, KPAI: Jangan Anggap Bercanda

ERA.id - Perundungan harus diperlakukan secara serius, tidak hanya dalam aspek penanganan kasus, tetapi juga dalam upaya pencegahan.

Anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Dian Sasmita, mengaku kini masyarakat cenderung menormalisasi bullying dengan anggapan hanya bercanda atau hal biasa di antara anak-anak.

Dian saat dihubungi di Blora, Senin kemarin, mengaku setiap tindakan bullying, baik yang bersifat fisik, verbal, maupun nonkontak, termasuk yang terjadi secara daring dapat menimbulkan dampak psikologis dan emosional yang mendalam bagi korban.

Ia menambahkan penyelesaian kasus sering kali berhenti pada permintaan maaf tanpa memperhatikan pemulihan kondisi batin dan psikologis.

Padahal, baik korban maupun pelaku membutuhkan pendampingan menyeluruh untuk memulihkan kondisi emosional serta memperbaiki perilaku.

Dian menjelaskan pendampingan terhadap anak korban dan pelaku dilakukan oleh UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) bersama Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) setempat.

Sementara itu, Kapolsek Blora Kota AKP Rustam mengatakan sebanyak 33 pelajar SMP di Kabupaten Blora kini dibina di Polres Blora, Senin, setelah video perundungan mereka viral. Ia menjelaskan kasus ini masih dalam tahap penyelidikan dan pendalaman.

Menurutnya, pihak kepolisian telah memanggil para orang tua dan anak-anak yang terlibat dalam video perundungan tersebut. “Sebanyak 30 orang tua juga kami panggil. Namun, yang hadir sekitar 20 orang. Pemanggilan dilakukan bekerja sama dengan pihak sekolah,” ucapnya.

Ia menambahkan pembinaan selanjutnya akan dikoordinasikan dengan Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Blora.

Sebelumnya, kasus dugaan perundungan (bullying) di salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, menjadi perhatian publik setelah video kejadian tersebut beredar luas di sebuah aplikasi berbayar.

Dalam video berdurasi 25 detik itu, tampak seorang siswa dikeroyok beberapa teman sekelasnya di dalam kamar mandi sekolah. Lebih miris lagi, siswa lain hanya menonton tanpa berusaha melerai.