Kapolda Metro: Pelaku Peledakan SMAN 72 Jakarta Jarang Bergaul dan Punya Pribadi Tertutup
ERA.id - Kapolda Metro Jaya, Irjen Asep Edi Suheri mengatakan siswa yang meledakkan di SMAN 72 Jakarta telah ditetapkan sebagai anak berkonflik dengan hukum (ABH). Pelaku dikenal memiliki pribadi yang tertutup.
"ABH yang terlibat dalam kasus ledakan ini dikenal sebagai pribadi yang tertutup dan jarang bergaul," ujar Asep saat konferensi pers di Polda Metro Jaya, Selasa (11/11/2025).
Hal ini diketahui usai penyidik memeriksa 16 saksi, di antaranya pelaku, para siswa, guru, hingga keluarga ABH. Dari hasil analisa ponsel pelaku, diketahui jika ABH ini tertarik atau menyukai konten kekerasan dan hal-hal yang ekstrem.
"(ABH ini) juga memiliki ketertarikan pada konten kekerasan serta hal-hal yang ekstrem," imbuhnya.
Sebelumnya, satu di antara lokasi ledakan di SMAN 72 Jakarta yang dilakukan oleh siswa di sekolah tersebut, ada di sekitar masjid. Polisi mengatakan pelaku anak ini tidak terafiliasi jaringan terorisme.
"Apakah ada kaitan dengan pelaku teror? Nah kita juga ingin meluruskan ya, kepada masyarakat memang terjadi di tempat ibadah, tetapi yang bersangkutan ini bukan anti islam," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Budi Hermanto kepada wartawan, Senin (10/11).
Polisi menduga salah satu faktor yang memicu tindakan pelaku dalam kasus ledakan di SMAN 72 Jakarta adalah kurangnya perhatian dari keluarga. "Jadi jangan sampai dipikirkan, oh ini menjadi anti Islam, terus ataupun ini memang perbuatan murni berangkat dari dirinya sendiri," tambahnya.
Mantan Kapolres Malang Kota ini menyebut pelaku anak ini belum dapat dimintai keterangan secara menyeluruh karena masih dirawat di RS Polri Kramat Jati. Polisi juga telah menggeledah rumah siswa tersebut. Sejumlah barang bukti mulai dari buku hingga dokumen-dokumen disita untuk diteliti.
Orang tua pelaku pun telah dimintai keterangan. Namun, Budi enggan mengungkapkan materi pemeriksaan terhadap orang tua pelaku. Dia hanya menyebut orang tua pelaku bekerja sebagai pegawai swasta.
Perwira menengah Polri ini kemudian mengamini jika pelaku membawa tujuh bom saat kejadian, di mana empat di antaranya meledak. "Dari hasil pemeriksaan awal, ada wujud rasa ketidaksukaan, rasa menyampaikan, tetapi tidak secara frontal (yang diungkapkan pelaku). Menyampaikan dengan tulisan, gambaran-gambaran," imbuhnya.