BPN Sarankan Petahana Pakai Konsultan Dalam Negeri
Nama capres nomor urut 01 itu, masuk dalam daftar nama lis klien yang pernah ditangani oleh Stanley Greenberg. Dia merupakan, konsultan politik asal Amerika Serikat. Hal ini terpampang di dalam laman lembaga konsultan politik Amerika Serikat, The Political Strategist.
Direktur Advokasi dan Hukum Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Sufmi Dasco menyarankan, agar Jokowi menggunakan jasa konsultan dalam negeri saja.
"Kalau kami lebih baik pakai putra-putra bangsa aja. Pak Prabowo pakai konsultan di Bojong Koneng, ya kan, Pak Jokowi pakai konsultan Solo begitu. Udah, kasih pekerjaan ke anak bangsa. Ngapain kasih orang asing, kita lagi pinter gitu lho," katanya, di Jakarta, Kamis (7/1/2019).
Terkait dengan adanya upaya melaporkan Jokowi ke Bareskrim soal ucapan propaganda Rusia, Dasco membantah, jika pihaknya yang menginisiasi laporan tersebut.
"Saya enggak tahu ya, itu kan yang melapor bukan BPN. Itu kan yang melaporkan bagian dari masyarakat yang menilai sendiri bahwa itu hoaks," tuturnya.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini menjelaskan, justru pihaknya meminta dan mengimbau agar hal seperti ini tidak perlu diperpanjangang. Menurut dia, lebih baik kedua pasangan calon menggunakan konsultan dari dalam negeri.
“Saya sudah bilang pakai konsultan Indonesia semua dan kita sampaikan ke pihak Pak Jokowi, bahwa itu tidak benar (Prabowo gunakan konsultan asing),” ucapnya.
Sementara itu, Jurkamnas BPN Prabowo-Sandi, Muhammad Syafi’i mengatakan, apa yang dituduhkan oleh Jokowi terkait dengan propaganda Rusia tidak benar. Menurut dia, justru yang memakai konsultan asing adalah petahana.
“Ternyata setelah diteliti yang pernah menggunakan konsultan itu justru petahana, itu pada pilpres 2014 yang lalu. Kalau ini yang terjadi, kemudian mereka teriak yang secara politik sering dikenal dengan istilah maling teriak maling,” ujar Syafi’i.
Apalagi, katanya, jika melihat gaya kampanye yang sekarang dilakukan oleh pasangan 02, selain sangat nasionalis juga lebih bernuansa religius. Menurut dia, itu bukan masukan dari konsultan yang berasal dari negara yang banyak komunis, yaitu Rusia.
“Saya kira ini pasti lebih banyak, dari para tokoh-tokoh Indonesia sendiri yang memiliki nasionalis tinggi dan punya semangat religius tinggi. Istilah kami lebih banyak dipengaruhi oleh ulama-ulama Desa Bojong Koneng jauh dari Rusia,” tutupnya.