Tangis Keluarga Korban Trisakti Pecah di Posko Pemenangan Jokowi
Tragedi Trisakti adalah peristiwa penembakan sejumlah mahasiswa oleh aparat pada tanggal 12 Mei 1998. Saat itu, aparat bertindak represif membubarkan aksi mahasiswa yang menuntut Presiden Soeharto turun dari jabatannya.
Di depan tim pemenangan Jokowi-Ma'ruf, tepat di muka poster bergambar Jokowi-Ma'ruf yang tersenyum dan mengacungkan jari telunjuk mereka, para keluarga korban tragedi yang menewaskan empat mahasiswa itu meminta agar pemerintah segera menyelesaikan kasus tersebut.
Kakak dari Hafidin Royan, Huda Nurjanti turut serta dalam rombongan. Wanita berjilbab biru itu bilang, sakit masih dirasakan betul oleh keluarga kala mengingat kematian Hafidin di tangan aparat. Apalagi, hingga saat ini belum ada penyelesaian lebih lanjut terkait penembakan mahasiswa itu.
"Jadi itu kekecewaan yang mendalam dari keluarga kami, bagaimana ini bisa terjadi. Mungkin anak muda, di usia adik saya itu ingin mengekspresikan keinginan untuk menjadikan indonesia jadi lebih baik lagi. Tapi kenapa jadi seperti ini," kata Huda di Posko Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (8/2/2019).
Bagi Huda, tak ada keinginan lain bagi para keluarga korban selain penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat tersebut.
Pertemuan TKN Jokowi dan keluarga korban tragedi Trisakti (Tsa Tsia/era.id)
Keinginan yang sama juga disampaikan oleh ibunda Heri Hartanto, Lasmiati. Suaranya bergetar kala ia bercerita soal kondisi anaknya di Kamar Jenazah RS Sumber Waras kala itu. Wanita paruh baya ini masih ingat betul bagaimana darah mengalir dari leher Heri yang sudah terbujur kaku.
"Kenapa anak saya ditembak sampai meninggal begini? Dia hanya kuliah di kampus. Apa yang terjadi? Saya pikir itu penembakan sengaja dari aparat negara," ungkapnya sambil menahan tangis.
"Sampai saat ini negara belum bertanggungjawab. Saya masih meminta negera untuk bertanggungjawab," seru Lasmiati.
Dalam Forum Group Discussion (FGD) bertajuk 'Mengungkap Fakta Tragedi Trisakti 1998' itu, Lasmiati bilang, negara belum hadir dalam penyelesaian kasus tersebut. Bahkan, untuk sekadar minta maaf kepada keluarga korban pun negara belum mampu.
"Saya selalu salat, 'ya Allah, semoga kebenaran terungkap.' Karena keterlaluan banget, negara belum ada yang bertanggungjawab. Saya ingin negara itu ada, apa negara minta maaf? Negara sudah melakukan kekeraasan terhadap mahasiswa, paling tidak minta maaf ke keluarga. Negara harus ada jawaban, jangan didiamkan begini," ucapnya.
Bahkan, Lasmiati juga menyebut, dirinya bersama keluarga korban tragedi Trisakti lainnya pernah diundang oleh Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono. Tapi, ia bersama keluarga korban lainnya harus menerima pil pahit sebab kasus ini masih belum juga bisa diselesaikan.
"Pak SBY sudah mengundang ke istana akan diselesaikan seadil-adilnya. Tapi, sampai turun juga belum selesai. Keluarga hanya ingin negara minta maaf. Ini penembakan sengaja, sengaja membunuh," Lasmiati berseru.