Mencipta 'Good Vibes', Melawan Bunuh Diri

Bandung, era.id - Depresi adalah salah satu indikasi gangguan jiwa. Pengabaian terhadap depresi, tentu adalah hal serius. Bukan apa-apa, nyatanya, gangguan kejiwaan yang jadi akumulasi dari stres berat dapat berujung pada tindakan bunuh diri.

Anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Kejiwaan Indonesia Daerah Jawa Barat, Teddy Hidayat, bunuh diri kerap dipicu rasa putus asa, perasaan tak berguna, sampai perasaan bersalah yang amat besar hingga seseorang kehilangan harapan.

Nah, dalam upaya mencegah dampak buruk depresi, setiap orang harus memiliki kepekaan tinggi terhadap lingkungan sekitar, apalagi keluarga. Kemampuan mendeteksi depresi di dalam diri orang lain dapat sangat membantu upaya mengurangi angka bunuh diri pada seseorang dengan gangguan jiwa berat (psikotik).

"Kalau ada yang depresi atau ada yang psikotik harus diobati dengan baik. Tentu dengan diobati, maka risikonya akan semakin menurun," kata Teddy di Bandung, Jumat (8/2/2019).

Teddy menjelaskan, pemberian obat terhadap seseorang pengidap gangguan jiwa berat harus diberikan sesuai dengan arahan dari dokter kejiwaan. Sebab, potensi melakukan bunuh diri pada mereka yang mengidap gangguan jiwa berat akan jauh lebih besar ketimbang mereka yang depresi.

Makanya, penting tuh untuk mencegah kondisi depresi seseorang agar tidak mengarah pada gangguan jiwa berat. Sebab, orang dengan gangguan jiwa berat akan mengalami halusinasi yang dapat sangat berpengaruh terhadap perilaku harian mereka.

"Mereka suka berhalusinansi. Itu yang menyebabkan dia bisa melakukan bunuh diri atau karena hawa ketakutan."

Lebih lanjut, Teddy menggambarkan bagaimana lingkungan amat berpengaruh terhadap kecenderungan bunuh diri seseorang. Makanya, 'good vibes' memang wajib diciptakan di dalam kehidupan.

"Semakin krisis multidimensi, sosial ekonomi segala macam, itu jelas akan berpengaruh bunuh diri," jelas Teddy.

Dia mencontohkan angka bunuh diri akan meningkat di sebuah negara, saat terjadi kisruh ekonomi. Namun, angka bunuh diri itu bukan indikator pusat permasalahan.

Teddy bilang, tingginya angka bunuh diri dapat dikaitkan dengan rendahnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap isu-isu kesehatan jiwa.

 

 

 

 

View this post on Instagram

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Saat kalian mencerna konten ini, satu orang di dunia diperkirakan mati bunuh diri .??? ? Tahun 2014, WHO catat 800 ribu orang di dunia meninggal bunuh diri. Artinya, ada satu kematian akibat bunuh diri dalam setiap 40 detik. ??? ? Data dalam grafis rasanya sudah cukup menggambarkan gentingnya situasi sosial ini. Sungguh, kita enggak boleh berdiam diri. Terus apa yang bisa kita lakukan? ??? ? PERTAMA, melihat dengan peka perubahan perilaku orang-orang di sekitar kita. KEDUA, jadilah pendengar dan teman berpikir yang solutif buat mereka yang terindikasi potensi melakukan bunuh diri. KETIGA, ketika dorongan bunuh diri itu muncul di dalam dirimu, carilah bantuan tenaga profesional yang bisa menangani permasalahan tersebut, termasuk menghubungi hotline layanan konseling dan pencegahan bunuh diri Kemenkes di nomor: 500-454 ??? ? Informasi lengkap soal permasalahan ini, termasuk membaca pertanda kecenderungan bunuh diri bisa kamu cek lewat link di bio! ??? ? #bunuhdiri #who #harakiri #kesehatanjiwa #gangguanjiwa #kesehatanmental #kemenkes

A post shared by era.id (@eradotid) on