Belajar Menyayangi dari Bunda Teresa dan Dalai Lama
Tradisi mengucapkan kasih sayang sembari memberikan sebatang cokelat dan sepucuk mawar sudah mengakar bagi sebagian masyarakat. Memang hal itu adalah sebagai simbol yang sudah disepakati banyak orang sebagai tanda rasa sayang. Hanya saja, soal mengungkapkan perasaan kasih sayang tidak mesti melulu soal materi. Kita perlu belajar dari orang-orang bijak yang bisa menebarkan rasa cinta dan kasih setiap hari setiap berjumpa dengan orang.
Mengenal Bunda Teresia
Salah satu tokoh yang dapat menjadi suri tauladan yakni Bunda Teresa. Ia dikenal sebagai biarawati Katolik Roma yang mengabdikan diri di India.
Bunda Teresa atau yang dikenal juga sebagai Santa Teresa merupakan seorang yang mengabdikan dirinya untuk membantu kaum miskin dan orang yang sakit keras seperti HIV/AIDS.
Kisahnya yang penyayang dan pengasih sudah tidak diragukan lagi. Kepeduliannya terhadap sesama tidak memandang suku, ras, agama, dan bangsa apapun. Bahkan ketika orang-orang menjauhi para penderita AIDS dengan alasan takut tertular atau memandang rendah para pengidapnya, Teresa tanpa ragu tetap merangkul mereka dan memberikan dukungan atas kesembuhan penyakitnya.
Teresa lahir 26 Agustus 1910 di Skopje Makedonia dengan nama Anjeze Gonxhe Bojaxhiu. Kehidupan religiusnya sudah ia mulai sejak ia berusia 12 tahun. Hingga akhirnya dirinya memutuskan untuk memulai novisiat (pendidikan) di Darjeeling untuk belajar Bengali dan dididik di Sekolah St Teresa. Setelah itu, ia mengabdikan dirinya untuk menjadi pengajar dan biara selama lebih dari 20 tahun.
Sampai pada saat dirinya merasa ada panggilan batin, dirinya merasa harus menanggalkan jabatan sebagai guru, dan fokus menolong orang miskin dan sakit di Kolkata. Dia rela meninggalkan posisi nyamannya sebagai guru untuk melakukan tugas kemanusiaan. Hal yang cukup sulit kalau tidak bisa dibilang tidak mungkin dilakukan oleh orang yang tidak terlatih menebar rasa kasih sayang kepada sesama dalam kehidupan sehari-harinya.
Belajar dari Tibet
Selain Teresa, ada salah satu sosok yang bisa kita teguk air pengalaman hidupnya soal menebar virus kasih sayang. Sosok itu adalah Dalai Lama.
Mereka yang pernah bertemu dengan Dalai Lama menggambarkan sosoknya sarat akan aura karismatik. "Wajah penuh senyum yang menarik, air muka yang baik hati dan tertawanya yang ringan," ujar Alexander Norman, yang menulis buku autobiografinya dan beberapa proyek lain setelah bertemu pada tahun 1988 seperti dikutip BBC Indonesia.
Tak jarang kita mendengar seseorang mengatakan, "berpikirlah positif. Karena ketika kita memikirkan sesuatu dan yakin sesuatu itu akan terwujud, maka semesta akan mendukung pikiran tersebut." Atas dasar apa lagi kita bisa menebak bagaimana sikap orang yang dipandang membawa kedamaian itu selain memiliki rasa kasih sayang yang besar.
Sulit untuk menghilangkan pikiran bahwa menurut pandangan sebagian orang yang memandang Dalai Lama setingkat dengan Sinterklas yang kebapakan, seperti diungkapkan Dr Nathan Hill, pengajar masalah Tibet dari London.
Seperti kita tahu bahwa Dalai Lama adalah seorang pemimpin Tibet mengendalikan sebagai besar negara dari ibukota Lhasa. Mayoritas penduduk Tibet mengaguminya, terutama pada langkah untuk mencari penyelesaian lewat jalan tanpa kekerasan.
Karenanya, mari menyebarkan cinta kasih sayang kepada seluruh umat manusia.