Dubes Australia Gaet Mira Lesmana di FSAI
Melalui acara press conference launching dari festival tersebut di CGV Grand Indonesia, Jakarta, Jumat (8/3/2019) siang, Mira Lesmana mengatakan momen ini adalah satu kesempatan untuk belajar dan mempererat kerja sama antara Australia dan Indonesia melalui budaya yang disuguhkan dalam bentuk film.
"Kami butuh festival seperti ini, khususnya antara Indonesia dan Australia yang sudah lama memiliki hubungan kuat secara budaya," tutur Mira Lesmana kepada era.id.
"Saya besar di Sidney dan tumbuh sebagai remaja di sana yang banyak mengenal film dari para sineas di sana yang akhirnya mengubah hidup saya, khususnya kenapa akhirnya menjadi film maker. Saya banyak belajar tentang keberagaman dan kemanusiaan yang akhirnya tertuang dalam bentuk film," tambahnya.
Bersama film The Seen and Unseeen garapan Kamila Andini, kedua film garapan Mira Lesmana yang sudah disebut di atas menjadi beberapa film Indonesia yang bisa disaksikan di FSAI tahun ini. Menurut Mira, kedua film tersebut menandakan dua momen kebangkitan Indonesia.
"Film Ada Apa Dengan Cinta di 2002 itu menjadi tonggak kebangkitan film Indonesia dari keterpurukan. Sedangkan film keduanya di tahun 2016 itu adalah momen kebangkitan perfilman Indonesia dalam bentuk kualitas penonton yang banyak menonton film Indonesia saat itu," tambah Mira Lesmana.
Dengan festival ini, akan banyak sekali keuntungan buat sineas Tanah Air untuk belajar bagaimana membuat film yang berkualitas.
"Dulu kita punya masalah ada film bagus, tapi enggak ada yang mau danain. Sekarang banyak investor tapi nyari orang yang menggarap film berkualitas agak susah. Salah satunya penulis skenario yang andal. Kita kekurangan sekali di situ. Nah, dari festival seperti ini kita bisa banyak belajar dengan sineas luar," tambah Mira.
Pada kesempatan yang sama, Duta Besar Australia untuk Indonesia Gary Quinland mengatakan pada tahun ini mereka memang ingin menjangkau penonton yang lebih luas, termasuk memperkenalkan dua film Indonesia pada festival tersebut di antara film Australia lainnya.
"Warga Australia dan Indonesia punya kesamaan menyukai karya visual, terutama film. Saya tidak tahu banyak industri film di Indonesia, tapi yang jelas film Mira Lesmana adalah salah satu film buatan Indonesia yang menarik. Tentu kami juga memperkenalkan beberapa film terbaik kami, seperti Ladies In Black yang mendapat respons bagus di tahun lalu," tukas Gary Quinland.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, Festival Film Australia Indonesia tahun ini tidak hanya akan diselenggarakan di Jakarta (14-17 Maret) saja, pihak penyelenggara juga akan melakukan ekspansi ke kota lain seperti Mataram (15-17 Maret), Makassar (22-24 Maret), Bandung (23-24 Maret), serta Surabaya (29-31 Maret).