Jokowi Setuju SBY Komplain Kampanye Prabowo
"Saya sepakat sekali bahwa setiap kampanye itu yang dikemukakan itu kebanyakan keberagaman. Yang penting adalah kesatuan kita sebagai negara," kata Jokowi di Kupang, Nusa Tenggara Timur, Senin (8/4/2019).
Jokowi bilang, beredarnya surat SBY yang mengomentari kampanye Prabowo di Gelora Bung Karno (GBK) pada Minggu (7/4) seakan menjadi payung untuk mengingatkan kepada kita bahwa kontestasi politik ini ada setiap 5 tahun.
Maka, lanjut Jokowi, jangan mengorbankan kesatuan, persaudaraan, dan kerukunan umat beragama hanya untuk meraup suara kemenangan dari basis pemilih mayoritas di Indonesia ini.
"Kalau kita, sejak awal menunjukkan keberagaman dan kebhinekaan kita dalam seni budayanya, dalam karnavalnya. Saya kira politik identitas, politik SARA itu yang harus kita hindari," ucap dia.
Supaya kamu tahu, kampanye akbar Prabowo yang dimulai dengan salat subuh berjamaah itu dipantau Ketum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan dia merasa keberatan.
Melalui surat pernyataan yang dikirimkannya dari Singapura, SBY berbicara soal ketidaklaziman dalam kampanye akbar Prabowo-Sandi di GBK.
"Menurut saya apa yang akan dilakukan dalam kampanye akbar di GBK tersebut tidak lazim dan tidak mencerminkan kampanye nasional yang inklusif, melalui sejumlah unsur pimpinan Partai Demokrat saya meminta konfirmasi apakah berita yang saya dengar itu benar," paparnya.
Dalam surat itu, SBY meminta pengurus Demokrat agar menyampaikan masukan kepada Prabowo-Sandi agar kampanye akbar yang diusungnya bisa berjalan lebih inklusif dan menghindari politik identitas.
"Penyelenggaraan kampanye nasional (di mana Partai Demokrat menjadi bagian di dalamnya) tetap dan senantiasa mencerminkan "inclusiveness", dengan sasanti "Indonesia Untuk Semua" Juga mencerminkan kebhinekaan atau kemajemukan. Juga mencerminkan persatuan. "Unity in diversity". Cegah demonstrasi apalagi "show of force" identitas, baik yang berbasiskan agama, etnis serta kedaerahan, maupun yang bernuansa ideologi, paham dan polarisasi politik yang ekstrem," tulis SBY.
Menurut SBY masih banyak narasi kampanye yang lebih cerdas dan mendidik, seperti apa yang pernah dilakukannya dalam Pilpres 2004, 2009 dan 2014 lalu. "Bangsa kita sangat majemuk. Kemajemukan itu di satu sisi berkah, tetapi di sisi lain musibah. Jangan bermain api, terbakar nanti," imbuhnya.
Di penghujung suratnya, SBY meminta pengurus Partai Demokrat untuk menghindari benturan politik identitas dan ideologi yang kelewat keras dan juga membahayakan. SBY menyarankan agar Prabowo-Sandi mengganti metode kampanye yang lebih menyampaikan visi, misi dan solusi.
"Tentu dengan bahasa yang mudah dimengerti rakyat. Sepanjang masa kampanye, bukan hanya pada saat debat saja," tutup SBY.