Pedagang Taman Intan: Dulu Sehari Rp2 Juta

Jakarta, era.id - Pedagang Taman Intan, Taman Sari, Jakarta Barat mengeluhkan sepinya pembeli sejak direlokasi dari Museum Fatahillah. Dari sekian banyak, salah satu pedagang mengaku kehilangan omset Rp2 juta per hari.

Ketika ditemui Era.id di Taman Sari, Selasa (7/11/2017), pedagang bernama Sri tersebut mengungkapkan pendapatannya turun drastis sejak direlokasi. Ia tak bisa lagi merasakan Rp2 juta dalam sehari, seperti saat menjadi pedagang kaki lima (PKL) di Fatahillah.  

"Tidak seperti di Fatahillah dulu. Dulu, setiap hari bisa 100 mangkok. Omset saya, satu kali malam Minggu saja bisa Rp2 juta. Sekarang, mulai dari tanggal 5 Oktober, paling banyak hanya 3 mangkok. Walaupun buka dari pagi sampai malam, uang dibawa pulang ke rumah paling besar hanya Rp200 ribu,” ujar Sriati (54), pemilik Warung Bakso Wonogiri di los nomor 22, Taman Intan.

Sri tergabung dalam koperasi khusus PKL Fatahillah binaan Pemda dan Bank DKI. Ia mengaku mendapat prioritas lapak binaan Kota Intan, sehingga hanya diwajibkan membayar Rp100 ribu per bulannya. 

Meski uang retribusinya terbilang murah, banyak hal lain yang menyebabkan pedagang urung mendulang untung di lokasi yang hanya berjarak sekitar 200 meter dari kawasan Kota Tua tersebut. Misalnya, soal parkir yang tidak terintegrasi dengan kedatangan pengunjung ke Kota Tua.

Kebanyakan pengunjung sudah lebih dahulu diturunkan di areal wisata Kota Tua sehingga tak satu pun dari mereka mampir dan makan di Taman Intan. Padahal, area parkir di Taman Intan sudah tertata rapi. Kapasitasnya juga besar, sehingga dapat menampung sekitar 150 mobil pribadi dan 450 kendaraan roda dua. 

Selain itu, area sekitar jalan menuju wisata Kota Tua juga belum benar-benar steril. Masih ada beberapa gerobak PKL menjual dagangannya.

Penunjuk arah tentang keberadaaan lokasi Taman Intan ini juga sulit ditemukan. Tidak ada pemberitahuan, atau pun papan informasi terkait lokasi ini.

Meski demikian, Sriati dan beberapa pedagang yang memilih bertahan tetap optimistis. Tiga orang anak yang masih duduk di bangku sekolah adalah alasan utamanya.

Tag: