Situs Jami Panciing di Bogor Jadi Tempat Ziarah

Bogor, era.id - Untuk kamu pencinta wisata sejarah udah pernah mampir ke Taman Sriwedari atau Situs Jami Panciing belum? Kalau belum, baiknya segera atur waktu kamu untuk bisa ke sana. 

Sebab, situs yang terletak di wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, ini banyak menyimpan nilai sejarah tentang asal usul Nusantara. Situs yang berusia ratusan tahun ini kini menjadi tempat ziarah sekaligus wisata religi.

"Situs ini sudah ada sejak ratusan tahun. Kalau sekarang sudah menjadi tempat ziarah dan wisata religi masyarakat," kata Mbah Endin, Juru Kunci Gunung Salak Situs Jami Paciing, di Bogor, seperti dikutip Antara, Kamis (25/4/2019).

Ia mengatakan para pengunjung bukan hanya wisatawan lokal, akan tetapi juga ada di antara mereka yang berasal dari luar negeri.

Dia mengakui bahwa kunjungan wisatawan ke situs tersebut berdampak positif, khususnya terhadap peningkatan perekonomian masyarakat setempat.

Taman Sriwedari atau Situs Jami Paciing berada di kompleks situs prasejarah punden berunduk Arca Domas, Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Ahmad Fahir, Ketua Yayasan At-Tawassuth yang peduli mempertahankan nilai-nilai pendidikan dan budaya asli Indonesia khususnya Jawa Barat di Situs Arca Domas, Tenjolaya, menyampaikan bahwa keberadaan Taman Sriwedari sebagai bukti prasejarah di mana Indonesia adalah sebuah kerajaan besar di dunia.

"Situs ini sangat perlu dilindungi dan lestarikan untuk generasi selanjutnya," kata dia.

Saat ini, Taman Sriwedari masih mendapatkan perawatan khusus dari masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Bogor. Taman itu menjadi salah satu andalan objek wisata alam dan religi yang masih alami.

Di sekitar taman, kata dia, ada tujuh situs prasejarah yang sudah teridentifikasi sebagai situs prasejarah yang dilindungi dunia.

Sebanyak tujuh situs itu, ialah Situs Jami Paciing atau Taman Sriwedari, Situs Batu Bergores berupa batu yang memiliki goresan unik, Situs Pasir Manggis, Situs Pangantehan, Situs Kebon Kopi, Situs Balekambang, dan Situs Endong Kasang.

Tag: wisata sejarah