Avengers: Endgame, Optimisme Para Penganut Altruisme
Namun setelah melewati kesedihan cukup lama, gairah para penonton kembali bangkit. Apalagi setelah melihat dua trailer awal Avengers: Endgame yang muncul beberapa bulan setelahnya. Ya, para pembalas dendam yang tersisa (Avengers), siap memukul balik Thanos bagaimana pun caranya.
Euforia film ini mulai terasa ketika di awal tahun ini Marvel Cinematic Universe melengkapi satu superhero tambahan yang akan tampil di film tersebut. Captain Marvel yang dibintangi oleh Brie Larson pun menggoda para fans MCU ketika dalam mid credit ia muncul di tengah-tengah para Avengers yang tersisa seperti Iron Man, Captain America, Thor, Hulk, Ant-Man, Black Widow, Hawkeye, Nebula, dan Rocket Racoon.
Ternyata tidak sampai di situ. Para penggemar film di Indonesia bahkan sudah memesan tiket film ini sejak jauh-jauh hari. Pihak bioskop juga menyambut antusiasme tersebut dengan hampir menayangkan film tersebut di semua studio yang mereka miliki. Termasuk membuka studio penayangan selama 24 jam di hari-hari pertamanya. Tentu ekspektasi fans sangat tinggi terhadap film yang dikatakan sebagai film saga Avengers terakhir tersebut.
Pascakejadian pemusnahan massal separuh penduduk alam semesta, para superhero pun berkabung dan mencoba melanjutkan hidup mereka. Termasuk Iron Man (Robert Downey Jr) dan Nebula (Karen Gillan) yang terapung dalam pesawat angkasa yang kemudian di selamatkan oleh Captain Marvel (Brie Larson). Sementara pahlawan yang tersisa, kebingungan karena tidak ada jalan lain untuk mengembalikan keadaan seperti semula.
Harapan pun muncul lima tahun kemudian, Scott Lang/Ant-Man (Paul Rudd) berhasil keluar setelah terjebak di alam kuantum seperti yang terlihat di mid credit film Ant-Man and The Wasp (2018). Berdasarkan pengalamannya berada di alam quantum, Scott Lang menghubungi Steve Rogers/Captain America (Chris Evans) dan Natasha Romanoff/Black Widow (Scarlett Johansson) mengenai kemungkinan membalikkan keadaan.
Sayangnya semua hal itu tidak berjalan mulus, mengingat sebagian superhero yang tersisa merasa nyaman dengan keadaan mereka saat ini. Belum lagi misi yang mereka rencanakan belum pernah mereka lakukan sebelumnya. Termasuk bahaya lain yang mungkin saja mengincar mereka.
Optimisme dan Nostalgia
Film berdurasi kurang lebih 180 menit ini memang bukan film superhero biasa. Avengers: Endgame adalah katarsis dari semua film superhero Marvel Studio yang pernah tayang. Termasuk kata-kata ‘Endgame’ yang merupakan kata yang sempat disebut oleh Doctor Strange dalam dialognya di film Avengers: Infinity War; "We are in the endgame now". Hal itu menunjukkan film ini merupakan akhir dari saga Avengers yang akan membuat para penontonnya terharu, tertawa, menangis, dan bersorak bahagia.
Fokus utama yang disorot dalam film ini tentu berbeda dengan Avengers: Infinity War sebelumnya. Di Infinity War, para sineas yang terdiri dari produser Kevin Feige dan Russo bersaudara ingin membuat penonton fokus kepada sang tokoh antagonis, Thanos (Josh Brolin) beserta motivasinya di balik perebutan enam batu Infinity, serta pengorbanan besarnya agar impian itu terwujud.
Wajar saja Thanos menjadi tokoh yang cukup menyita perhatian dan menjadi perbincangan setelah film tersebut ditayangkan. Pemikiran Thanos yang memandang bahwa jumlah penduduk yang sudah terlalu padat dan perlu dikurangi dengan pemusnahan massal menjadi perbincangan para ahli ekologi dan lingkungan.
Namun berbeda dengan film Avengers: Endgame. Fokus utama dalam film ini tentunya adalah para superhero yang terluka karena kehilangan sosok yang mereka cintai. Mereka mengaku kalah dan tak berdaya saat melihat sebagian penduduk dan superhero mereka lainnya menjadi debu. Kejadian tersebut mengubah karakter beberapa tokoh. Optimisme mereka berubah ke arah lain. Sebagian optimistis akan ada cara lain untuk membalikkan keadaan, sementara sebagian lagi optimistis untuk menatap masa depan, mengambil hikmah dari apa yang terjadi, serta melanjutkan kehidupan mereka.
Lihat saja pergolakkan batin mereka ketika mengetahui bahwa batu-batu sudah musnah. Saat mereka sudah mulai menerima keadaan itu, muncul lagi harapan dari Scott Lang yang mengatakan bahwa ada kemungkinan bisa membalikkan keadaan. Optimistis dan pesimistis pun tergambar dari setiap karakter. Dua yang mewakili dua kubu itu adalah Steve Rogers yang selalu memandang segala sesuatu dari sisi baiknya dan berani mengambil tindakan meskipun kesempatan menang sangat sedikit. Berbeda dengan Tony Starks yang mewakili kubu para pesimistis yang merasa bahwa perjuangan sudah berakhir dan semua orang harus berbesar hati untuk menerima kekalahannya. Garis tipis antara optimistis dan pesimistis ini yang disuguhkan oleh para superhero pada satu setengah jam awal.
Hal itu pun terjadi pada tokoh lainnya. Seperti Black Widow dan rekan sejawatnya, Hawkeye/Clint Barton. Di saat Natasha sangat keras kepala dan terus mencari cara agar semua kondisi kembali seperti semula, sahabatnya Clint justru memilih jalan lain usai melihat keluarganya lenyap di depan matanya. Clint yang dikenal sebagai ayah yang baik merasa berduka dan murka sehingga ia mengambil jalan sebagai seorang ronin dan membantai semua organisasi kejahatan.
Di dalam pikirannya, ia merasa geram karena orang-orang yang baik dan ia sayangi harus lenyap dari muka bumi, sementara para pemimpin kartel dan yakuza tetap selamat dan hidup. Bahkan ketika mereka harus saling bahu membahu dan berkorban untuk misi mereka, garis optimis dan pesimis kembali terlihat dan berbalik arah. Itu hanya sedikit contoh konflik batin yang disuguhkan dalam film ini yang banyak membuat penonton meneteskan air mata.
Di luar konflik internal para superhero, hal lain yang menjadi sorotan adalah easter egg dan nostalgia dari semua kisah MCU yang pernah tayang sebelumnya. Penonton diajak untuk bernostalgia dengan film yang sempat tayang sebelumnya, seperti Avengers, Thor: Dark World, Guardians of the Galaxy, Captain America: Winter Soldier, Avengers: Infinity Wars, dan lain-lain. Tentu akan kesulitan mengikuti alurnya bila melewatkan beberapa film tersebut.
Tambahan lain tentu adalah kepedulian para sineas untuk memberikan servis kepada fans untuk menambahkan adegan yang sempat menjadi teori dan harapan para fans, atau kalimat di komik Marvel yang sempat viral. Contoh kecilnya adalah kalimat kontroversi Captain America yang mengucapkan kata; ‘Hail Hydra‘ dan sempat juga dikomentari oleh Chris Evans di Twitter. Ya, kata-kata itu muncul di film ini.
Tentu optimisme semua tokoh dibuat naik turun yang juga membuat para pentonton gregetan. Bahkan pertanyaan terbesar para fans yang berkabung setahun lamanya juga dipermainkan dengan baik dalam kisah ini. Belum terlambat buat kamu yang belum nonton Avengers: Endgame. Segera ke bioskop sekarang juga biar semua pertanyaan kamu terjawab dalam film ini.
Sepeninggal dari bioskop, tentu akan banyak hal-hal yang membekas dan membuatmu tersenyum, gembira, sekaligus menangis dalam hati. Dan tentunya menyadari apa arti dari semangat altruisme, sebuah semangat untuk berkorban demi orang banyak yang sudah lama tidak ditunjukkan manusia di muka bumi. Angka 9/10 merupakan rating untuk film gabungan superhero terbaik yang pernah ada.