Menyelami Trip Hop dalam Perspektif Bermusik GHO$$

Jakarta, era.id - Musik terus berevolusi. Perkembangan zaman menghadirkan perspektif baru, yang kemudian mendorong eksperimen. Genre musik pun terus berkembang. Trip hop jadi salah satu bentuk perkembangannya. Di Indonesia, GHO$$ hadir sebagai pengusung genre ini.

GHO$$ merupakan band jebolan Supermusic Rockin Battle 2017. Keluar sebagai jawara, GHO$$ berhasil mengantongi kontrak dengan manajemen Megapro dan sempat merekam lagu mereka di Australia. Akhir 2017 lalu, GHO$$ telah merilis mini album perdana berjudul "The Blackest White Out" dengan jumlah rilisan terbatas.

Dalam mini album kedua berjudul "Song for You to Get Fucked Up With", GHO$$ membawakan lagu-lagu favorit para personel band, mulai dari Sweet Dreams milik Marilyn Manson, Wandering Star karya Portishead, hingga I Wanna Be Adored garapan The Stone Roses. Tentu saja, seluruh lagu mereka aransemen ulang dengan nuansa trip hop.

Di ajang Supermusic Rockin Battle 2017, GHO$$ berhasil menarik perhatian lewat lagu andalan mereka, Carele$$. "Saya belum pernah mendengar band Indonesia membawakan genre seperti ini," ungkap Giring Ganesha, eks personel Nidji yang juga juri Rockin Battle 2017, dalam sebuah video testimoni.

 

Perbincangan

Kami berkesempatan berbincang dengan para penggawa GHO$$ di sela-sela kegiatan promo mini album "Song for You to Get Fucked Up With". Diegoshefa (vokal), Fadhi Perdana (gitar, synth), Drhome Ap (bass), dan Diego Aditya (gitar) menuturkan perspektif menarik terkait trip hop dan materi-materi dalam mini album ini.

"Trip hop di tahun 90-an, masih ada basian dari genre new wave. Yang saya lihat trip hop awalnya yang mengusung dari Inggris. Massive Attack meledak, dia memproduseri lagu-lagu untuk band US juga," tutur Diegoshefa.

GHO$$ sengaja hadir dalam skena musik Indonesia dengan mengusung konsep yang tetap nge-pop, namun tak umum. Menyebut musik mereka sebagai dark pop, GHO$$ mencoba memperkenalkan musik trip hop dengan bentuk yang lebih mudah dipahami.

"Kita mainin musik pop, tapi pop yang enggak ada di sini. Jadi pop lebih gelap. Ibaratnya lagunya sedih, tapi tetap tough guy. Lagunya melankolis, tapi enggak cemen," jelas Fadhi.

Unsur trip hop sejatinya juga banyak diadaptasi band besar lain. Sebut saja Gorillaz dan Linkin Park. Sedikit banyak, hal itu pula yang juga mereka lakukan. Lewat GHO$$, mereka mengadaptasi unsur trip hop ke dalam ramuan orisinalitas ala mereka. "Bahkan di Linkin Park saja, di album pertama, ada satu lagu trip hop, tapi dia masukin distorsi," kata Diegoshefa.

GHO$$ juga sempat menuturkan pandangan menarik terkait aliran mereka yang dipandang sebelah mata kala berkompetisi di Rockin Battle 2017. Penyebabnya, tentu saja: hadir tanpa distorsi di kompetisi band rock dan menjuarainya.

"Ya, sempat ada yang bilang, kok band yang kayak gini menang jadi juara pertama di kompetisi band rock. Ya, kami ingin tegaskan, ajang pengertian rock itu juga luas. Attitude rock juga memengaruhi imejnya" tutur Diego, sang gitaris.

Trip hop

Trip hop sendiri mulai dikenal di akhir 80-an. Sejumlah literasi musik menyebut Bristol sebagai rumah yang melahirkan genre musik ini. Massive Attack, Portishead, hingga Thievery Corporation jadi pionirnya.

Jika menelusuri roots-nya, trip hop berakar dari musik fusion, hip hop, dub, jazz, house, new wave, hingga psikedelik. Dalam sebutan lainnya, trip hop juga kerap disebut sebagai down tempo music.

Dalam artian tersebut, trip hop dideskripsikan sebagai musik dengan ketukan drum hip hop dengan tempo lambat. Seperti namanya, trip hop kental dengan ambience psikedelik yang sangat 'trippy'.

Berikut adalah panduan menikmati karya-karya trip hop:

SPOTIFY PLAYLIST: TRIP HOP STATION

Tag: album musik