Masuki Kemarau Panjang, Antisipasi Pencemaran Udara di Jakarta

Jakarta, era.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memprediksi musim kemarau di Indonesia tahun ini akan lebih panjang dibanding tahun 2018. 

Kemarau panjang ini merupakan akibat memanasnya suhu muka laut di Samudra Pasifik bagian tengah hingga timur yang dinamakan El Nino. 

Pelaksana tugas (Plt) Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Andono Warih menjelaskan, kemarau panjang ini berdampak buruk pada kualitas udara di Jakarta. 

"Prediksinya, El Nino berjalan sampai 3 bulan ke depan, akan panas terus enggak ada hujan. Kalau panas kayak gini, partikel-partikel yang dihasilkan aktivitas di kota ini akhirnya akan membentuk lapisan di atmosfer," kata Andono usai rapat bersama BMKG dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), di Gedung DPRD DKI, Jakarta Pusat, Rabu (3/7/2019).

Lapisan di admosfer tersebut, kata Andono, terbentuk dari partikel-partikel yang sebagian besar dihasilkan oleh asap kendaraan. Ini yang menyebabkan pencemaran udara bertahan di situ-situ saja. 

Menurut dia, polusi yang terjadi akibat aktivitas masyarakat Ibu Kota intensitasnya sama ketika musim hujan ataupun kemarau. Tapi, saat musim hujan, lapisan atmosfer menjadi luruh karena turunnya hujan sehingga polusi bisa diminimalisasi.

"Itu makanya yang disebut kemarau juga punya pengaruh kepada tingkat pencemaran. Karena kemarau itu menurut BMKG dan BPPT menimbulkan efek inversi di atmosfer. Kalau ada hujan lapisan ini terbuka kan, kaya dicuci lah kotorannya. Kaya kita misalkan baju kalo kena air kan kotorannya bisa hilang," bebernya.

Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat mengurangi polusi dari asap kendaraan. Caranya dengan menggunakan angkutan umum ketika pergi ke kantor ataupun beraktifitas.

"Kalau bisa kurangi asap dari kendaraan bermotor, jika kita ke kantor atau kemana. Kalau bisa naik angkutan umum. Kan kalau angkutan umum selalu ada, misalkan busway koridor, yaudah di situ aja gak usah bawa mobil sendiri. Udah ada MRT juga," ungkap dia.

Tag: