Kemajuan Teknologi dan Cara Memperkokoh Perdamaian
Hal ini disampaikan Mega saat menjadi Keynote Speaker di acara Forum Perdamaian Dunia (World Peace Forum) ke-8 di Tsinghua University, Beijing. Dalam pidatonya itu, Mega menyebut isu perdamaian dunia jadi hangat seiring adanya adu kekuatan di antara negara-negara yang maju pertumbuhan ekonominya.
"Di abad 21 ini, ketika hampir semua negara telah mendeklarasikan diri sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, justru atmosfir peperangan seperti membayangi-bayangi dunia," kata Megawati dalam pidatonya, Senin (8/7/2019).
Hal inilah yang membuat Ketua Umum PDIP ini justru bertanya-tanya, siapa yang mau dihancurkan di abad 21 ini. "Inikah arti kemerdekaan yang dengan susah payah telah diperjuangkan oleh para pendiri bangsa kita? Inikah arti dari kemajuan teknologi? Apakah teknologi diciptakan untuk menyulut peperangan atau sebenarnya untuk memperkokoh perdamaian?" tanyanya.
Apalagi, anak perempuan Presiden Pertama RI Soekarno ini menyebut, dunia telah mengalami banyak kesengsaraan karena perang. Sebut saja seperti perang dunia, konflik Semenanjung Korea, konflik di Timur Tengah, dan perang lainnya.
Peperangan ini juga yang kemudian membuat banyak inisiatif perdamaian dilakukan, seperti lewat Konferensi Asia Afrika 1955, Gerakan Non-Blok, hingga kerja-kerja PBB.
Pertentangan, kata Mega, jika selalu dimaknai sebagai perang maka berbahaya buat peradaban manusia. Sehingga, ketimbang perang, semua golongan harus bisa menyuarakan suaranya. "Suara sekecil apapun berhak untuk didengar dalam upaya keamanan dan perdamaian dunia," ungkapnya.
Setelah bersuara, lanjut Mega, duduk bersama menggunakan pikiran dan hati yang tenang bisa melenyapkan pertikaian. Sebab dengan duduk bersama, maka kebencian, permusuhan, dan keserakahan yang jadi penyebab peperangan bisa saja dilenyapkan.
"Lenyapkan semua itu dengan dialog konstruktif. Lenyapkan semua itu dengan musyawarah mufakat, temukan dan putuskan prinsip-prinsip yang disetujui secara bersama untuk menyelesaikan pertentangan," tegas Mega.
Megawati menilai, ada satu prinsip yang terkandung dalam amanat Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa yaitu prinsip persamaan kedaulatan bagi semua bangsa. Prinsip ini dinilainya harus dijalankan oleh semua bangsa.
"Satu prinsip untuk menghormati, menghargai, mengakui, dan melindungi penggunaan hak-hak asasi manusia dan hak asasi nasional setiap bangsa. Itulah prinsip yang harus diterima, dipegang teguh, dan dijalankan oleh setiap bangsa," tutupnya.